Selama beberapa tahun terakhir Nasrullah sudah menyampaikan kepada pemerintah desa untuk memprioritaskan bantuan ke Muawanah. Namun, hingga saat ini belum ada realisasi bantuan yang diberikan.
Ia sempat menerima informasi bahwa pihak desa sudah mengajukan bantuan ke pemerintah pusat namun belum ada kejelasan hingga saat ini.
Nasrullah berharap ada pihak lain yang berkenan menyalurkan bantuan ke Muawanah. Pasalnya, saat ini ia hanya tinggal seorang diri. Karena tahun 1996 silam suaminya meninggal karena kecelakaan, sementara sanak saudara berada di Mojokerto.
Selain itu, lanjut Nasrullah, Muawanah saat ini hanya memiliki seorang anak angkat yang sudah berkeluarga yang tinggal di Surabaya. Sedangkan anak angkat satunya lagi sudah meninggal.
Sosok Muawanah merupakan wanita mandiri. Meski ia tidak mendapat jatah beras untuk masyarakat miskin ia tak patah semangat untuk bekerja dan berjuang mencukupi kebutuhan hidup.
Di usianya yang ke-60 tahun ini ia hidup dengan menjual rujak di rumahnya. Ia mengaku tak berani meminta uang kepada anaknya.
“Kulo sadean rujak. Engge sedino payu kale ngantos tigo wungkus (saya jualan rujak. Dalam sehari laku 2 hingga 3 bungkus),” ungkap Muawanah.
Namun saat hujan tiba ia tak bisa berjualan karena atap rumah yang bocor. Jika tak ada makanan pun Muawanah hanya minum air dan bantuan dari tetangga sekitar rumahnya.