SIDOARJO – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan Kementerian Agama (Kemenag) Sidoarjo bekerja sama dengan Densus 88 Antiteror Polri menggelar acara silaturrahmi dengan puluhan Da’i dan Khatib dari NU, Muhammadiyah dan LDII guna penguatan Islam Wasathiyah untuk Indonesia damai. Acara tersebut dipusatkan di pendopo Pemkab setempat, Sabtu (17/09/2022).
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali dalam sambutannya menyampaikan, menciptakan Indonesia yang damai dalam kerukunan dan jauh dari radikalisme, bukanlah tugas Densus 88 semata, akan tetapi itu menjadi tugas bersama.
“Termasuk bagaimana para dai dan khotib menjadi corong beragama, bisa mengedukasi masyarakat dengan mewujudkan Islam rahmatan lil ’alamin bukan semata rahmatan lil muslimin,” tandasnya.
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim yang hadir sebagai narasumber menegaskan bahwa Indonesia dengan sistem yang ada sudah final.
“Kiai Marzuki tadi menyampaikan, jangan mengeksperimen sistem negara Indonesia. Karena Pancasila sebagai dasar negara sudah final dengan besarnya bangsa ini,” katanya.
Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Surabaya, Prof. Nur Syam selaku narasumber mengatakan, di era keterbukaan dan demokrasi betapa sulit membubarkan faham-faham takfiri.
“Negara tidak boleh membiarkan. Jika melarang mungkin bisa dengan delik aduan, ada yang mengadukan terlebih dahulu,” ucapnya.
Prof. Nur Syam bersyukur kelompok yang menolak NKRI yang saat masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sempat mengadakan konferensi internasional di Gelora Bung Karno (GBK) saat ini telah dibubarkan.
Ia juga berpesan untuk tetap waspada dengan ustadz-ustadz yang anti NKRI, karena mereka juga memiliki banyak pengikut di media sosial terutama dari kalangan anak-anak muda. Ini membuat media sosial menjadi arena pertarungan.
Tampak hadir dalam acara tersebut, Wakil Ketua PCNU Sidoarjo, KH Chasbil Aziz, Kapolresta Sidoarjo, dan eks napiter yg dikenal dengan Abu Nida’.
Pewarta: Boy Ardiansyah
Editor: Emzed Ef