Tahun 2018 menjadi tahun membanggakan bagi Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama (MINU) Pucang Sidoarjo. Pasalnya, salah satu peserta didiknya bernama Cleona Einar Maulidiva berhasil menorehkan prestasi tingkat dunia di beberapa kejuaraan matematika internasional.
World Mathematic Invitation (WMI) di Seoul, Korea Selatan menjadi salah satu ajang yang menuliskan namanya di posisi puncak dengan raihan nilai tertinggi. Di kategori Heat Round, ia mendapat medali emas setelah mengalahkan peserta dari Amerika, Inggris, China, Bulgaria, dan 14 negara lainnya.
Sementara itu, di Hong Kong International Mathematics Olympiad (HKIMO) April 2018 lalu ia pun menorehkan peringkat pertama setelah mengungguli anak-anak dari 20 negara peserta. Ia menyebet first gold medal, the world star trophy, free ticket to final HKIMO 2019, dan the best score for all grade from Indonesia. Di babak penyisihan pun rangkingnya tak terkalahkan.
Tak cukup dengan prestasi itu, International Singapore Mathematics Competition 2018 dan Singapore and Asian School Mathematics Olympiad (SASMO) 2018 juga ia menangi. Saat itu ia masih kelas 1, sedangkan kompetisinya minimal untuk peserta didik kelas 2.
Mama Cleona, Shinta Yusticia mengaku, untuk mengikuti kompetisi itu usia anaknya harus dinaikkan 1 tahun karena syarat dan ketentuan minimal harus kelas 2 sekolah dasar. Meski harus bersaing dengan anak 1 tingkat diatasnya, Cleona tetap percaya diri. Hasilnya, medali emas pun ia bawa pulang ke Indonesia.
Sebelumnya, pada tahun 2017, di Thailand International Olimpiad (TIMO) ia juga mencuri perhatian dunia setelah mendapatkan top skor dan juga membawa pulang medali emas. Kejuaraan itu pula dan kejuaraan tingkat nasional lainnya yang sudah ia menangi menjadi tolok ukur mengikuti lomba tingkat internasional selanjutnya.
Shinta mengaku, sebelum Cleona kelas 1 madrasah, kemampuan Matematikanya masih belum nampak. Pasalnya, yang menonjol saat itu bakat seni musik. “Saat masih kecil aktifitasnya lebih banyak ke seni music,” terangnya.
Sebelum kelas 1 Cleona seorang pianis cilik. Gadis kecil itu sering mengikuti festival solo piano di Surabaya. Selain piano Ia juga lihai memainkan biola. Yang menarik lagi, ia juga berminat di fashion show.
“Pokoknya, Cleona ini anaknya seneng tampil,” jelas Shinta Yusticia.
Shinta mengatakan, bakat music Cleona diturunkan dari ayahnya. Selain itu, anak pertama Shinta itu adalah seorang kidal yang memiliki kelebihan yang jarang dimiliki anak kebanyakan.
Keberhasilan Cleona hingga saat ini tak lepas dari peran sekolah dan sosok Shinta. Program wajib berbahasa Inggris di MINU Pucang sangat membantu Cleona mengikuti berbagai kejuaraan internasional. Demi anak itu, Shinta pun memilih meninggalkan profesinya sebagai dokter.
“Sekarang saya total ndak kerja jadi dokter demi Cleona,” jelas Shinta dengan nada serius.
Shinta menganggap Cleona adalah masa depannya. Sehingga ia memutuskan untuk focus mengurus Cleona dan membimbingnya secara maksimal.
Demi ingin memaksimalkan kemampuan Cleona, Shinta pun khursus bahasa Inggris. Tak hanya itu saja, di antara kesibukan antar-jemput Cleona dan adiknya, ia juga menyempatkan les privat ke guru khusus olimpiade Matematika.
Peran Shinta tidak hanya sebagai orangtua, tetapi juga sebagai guru les privat Matematika di rumah. Ia memilih melakukan hal itu lantaran ia ingin menghemat waktu dan biaya dalam mendidik Cleona. “Habis saya les, saya lesi Cleona. Saya buatkan soal matematika berbahasa Inggris juga untuknya,” terang Shinta.
Keputusan Shinta untuk meninggalkan profesinya sebagai dokter gigi sempat ditentang sang suami. Alasannya, saat kuliah kedokteran Shinta sudah menikah dan suami juga merasakan perjuangan Shinta saat kuliah kedokteran.
Namun, saat mendapati potensi dan prestasi Cleona, sang suami mendukung apapun yang dilakukan Shinta Yusticia untuk masa depan anak-anaknya. (Fin)