Berita  

Dr Bahri Supardi, Perjalanan Berliku Anak Petani Sukses Pimpin Kementerian Agama

Avatar photo

H. Bahri Supardi, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pak Pardi, lahir di Tuban 55 tahun silam. Ia tumbuh dalam keluarga petani yang sederhana, namun memiliki cita-cita yang besar. Dengan semangat yang tak pernah padam, Pardi remaja nekat melanjutkan kuliah, bahkan tanpa sepengetahuan orang tuanya. Ia hanya memiliki satu tujuan, yaitu menjadi guru dan mengamalkan ilmunya untuk kepentingan orang lain.

Perjalanan karir Pardi dimulai dari pengabdian seorang guru madrasah hingga pada akhirnya diberi amanah sebagai Kepala MI Khoirul Huda Payan Pabean Sedati Sidoarjo. Dengan modal nekat dan suka tantangan baru, Ia mencoba mendaftarkan diri sebagai abdi negara melalui CPNS yang pada akhirnya diterima sebagai Guru PAI di SDN Puspo Pasuruan kemudian mutasi di SDN Tosari Pasuruan. Beberapa tahun kemudian ditugaskan di lingkungan kementerian agama kembali sebagai guru madrasah (MIN Bulusari). Karena kepiawaian dan pengalamannya berorgasisai Pardi juga menjabat sebagai Waka Kesiswaan sebelum akhirnya menjadi Kepala MIN Bulusari, yang sekarang dikenal sebagai MIN 2 Pasuruan.

Pardi terus menanjak dalam karirnya, dengan dipromosikan sebagai Kepala MTs Negeri Prigen ( MTsN 3 Pasuruan) sepulang melaksanakan ibadah haji di tanah suci.   Dua tahun kemudian dimutasi sebagai Kepala MTs Negeri Bangil Pasuruan, yang sekarang dikenal sebagai MTsN 1 Pasuruan. Karena jiwa kepemimpinanna yang sukses dengan segudang program , pada pada tahun 2016 kembali dipromisikan menjabat sebagai Kepala Seksi Kesiswaan Bidang Pendidikan Madrasah Kemenag Jatim.

Karir dan Jabatan Pak Pardi muai meroket saat dilantik sebagai Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sampang, sebelum akhirnya menjadi Kepala Kementerian Agama Kota Surabaya hinga pada akhir tahun 2024, Bapak empat anak ini kembali dilantik sebagai Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gresik.

Baca Juga  Ratusan Ibu-Ibu Fatayat Waru Ikuti Naharul Qiroah

Selain karirnya yang cemerlang, Pardi juga aktif dalam organisasi NU. Ia menjabat sebagai Wakil Ketua Lembaga Wakaf PWNU Jatim (2024-2029), Ketua MWC LP. MAARIF NU Sedati (2 periode, 1998-2008), Ketua Ranting NU Pabean selama 4 periode (2009-2029).

Anak terakhir dari lima laki-laki bersaudara yang punya hobby membaca ini juga mengajar di beberapa perguruan tinggi disela-sela kesibukannya sebagai kepala kemenag. Dosen IAI Al Khoziny yang istiqomah membaca AL Qur’an ini mengungkapkan bahwa kesuksesan itu bisa diraih dengan usaha maksimal (Disiplin, Tekun, TAnggungjawab) dan do’a yang istiqomah. Keistiqamahannya mengaji Al-Qur’an setiap hari juga merupakan salah satu faktor yang membantunya meraih kesuksesan. Ia melakukan rutinitas ini di rumah maupun di kantor, dengan target minimal satu bulan sekali harus khatam.

Keistiqamah yang terus dilakukan oleh H. Pardi adalah setiap malam jumat khatam sekali. Jadi sebulan 4 kali khatam atau setiap seminggu khatam dan itu sudah dijalani sejak menjadi guru dan kepala di madrasah swasta rentang 1991-2000 (Di MI khoirul Huda Pabean).

Hal tersebut masih terus berlangsung sampai sekarang karena beliau mempunyai prinsip yang Istiqomah.
“sesibuk apapun membaca Qur’an harus menjadi aktivitas utama di tengah-tengah pelayanan masyarakat sekalipun karena itu juga bisa dibaca dalam perjalanan di mobil, atau saat jeda acara, dll, ” ujar pria asal Tuban tersebut

Writer: Sutrisno AEditor: Boy Ardiansyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *