DUKA UNTUK SANTRI, MENUJU KEBAHAGIAN BERTEMU KEKASIH : SYAFI’ MISBAH AHMAD

SYAFI’ MISBAH

SIDOARJO, NU Delta | Jumat, 6 Juni 2025, menjadi hari yang tak terlupakan bagi umat Islam. Bertepatan dengan perayaan Iduladha 1446 H, hari itu juga menandai puncak ibadah haji, dimulai dengan wukuf di Arafah, dilanjutkan mabit di Muzdalifah, mabit di Mina, dan lempar jumrah. Tahun ini, momentumnya kian istimewa, sebab haji 2025 merupakan Haji Akbar, sebuah predikat yang tidak setiap tahun dapat dinikmati oleh jemaah.

Namun, di tengah kemuliaan hari itu, kabar duka menyelimuti keluarga besar PCNU Sidoarjo, khususnya santri Pondok Pesantren Al-Hidayah Tanggulangin. Pengasuh pondok, Romo K.H. Syafi’ Misbah, dikabarkan meninggal dunia. Kabar itu sontak mengejutkan banyak pihak, menimbulkan rasa syok dan ketidakpercayaan. Kebenaran kabar tersebut baru terkonfirmasi pada pukul 13.30 WIB, setelah seorang guru alumni Pondok Al-Hidayah menyampaikan berita duka itu.

Keteladanan dari Perjumpaan di Tanah Suci

Sebagai seorang yang bukan alumni maupun orang dekat Pondok Al-Hidayah Ketegan, saya mengenal beliau pada tahun 2016, saat melaksanakan ibadah haji. Dari sanalah, saya banyak belajar dari sosok K.H. Syafi’ Misbah. Beliau adalah teladan dalam mengemong jemaah, kesabaran menghadapi keluhan, serta kegigihan untuk mengantarkan jemaahnya berumrah minimal satu kali sehari. Bahkan, tanpa lelah, beliau mampu membimbing jemaah dua hingga tiga kali umrah dalam sehari. Dedikasi beliau untuk umat sungguh luar biasa. Selepas kepulangan dari haji, interaksi saya dengan beliau kian erat, bahkan saya berharap diakui sebagai santrinya.

Ada satu momen yang hingga kini terpatri kuat dalam benak saya. Kala itu, saya menjabat Ketua PC IPNU Sidoarjo dan sedang menghadapi problematika internal IPNU-IPPNU yang dibahas dalam pertemuan Rais Syuriah—di mana beliau menjabat Wakil Rais Syuriah. Saat itu, beliau langsung menelepon saya, meminta klarifikasi dan penyelesaian segera. Momen tersebut saya rasakan seperti seorang anak yang diingatkan oleh ayahnya. Ini sangat berkesan, mengingat saya bukan alumni maupun orang yang dekat dengan beliau.

Baca Juga  Pemred Tribun Jatim Nyatakan Siap Kolaborasi dengan Ansor Sidoarjo

Kepulangan yang Penuh Berkah di Hari nan Mulia

Romo K.H. Syafi’ Misbah adalah kiai panutan yang telah memberikan banyak pencerahan ilmu bagi santri dan jemaahnya. Sosok kiai yang inovatif, tawadu, dan berilmu seperti beliau amat sulit ditemukan. Dunia seolah kehilangan sinarnya, meninggalkan duka mendalam bagi santri dan jemaahnya. Banyak pelajaran berharga yang perlu diteladani dari beliau : kesederhanaan, kedalaman ilmu, serta ketawaduan beliau terhadap para guru.

Kepergian beliau memang menyisakan luka bagi umat, namun sejatinya, itu adalah jalan menuju kebahagiaan hakiki. Romo K.H. Syafi’ Misbah meninggal dunia setelah memimpin jemaah haji melaksanakan lempar jumrah, dan masih dalam keadaan ihram. Lebih mengharukan, saat berdoa di Arafah, beliau sempat memohon untuk dikumpulkan dengan guru-gurunya. Dan seketika itu pula, Allah mengabulkan doanya, mengumpulkan beliau bersama gurunya, K.H. Maimoen Zubair.

Keadaan beliau saat wafat, yakni masih dalam balutan kain ihram dan setelah melaksanakan Jumrah Aqabah, memiliki keistimewaan tersendiri. Imam Bukhari meriwayatkan hadis Ibnu Abbas dalam Sahih-nya no. 1861 :

: عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما أَنَّ رَجُلًا كَانَ مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَوَقَصَتْهُ نَاقَتُهُ وَهُوَ مُحْرِمٌ فَمَاتَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: “اغْسِلُوهُ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ، وَكَفِّنُوهُ فِي ثَوْبَيْهِ، وَلَا تَمَسُّوهُ بِطِيبٍ، وَلَا تُخَمِّرُوا رَأْسَهُ؛ فَإِنَّهُ ‌يُبْعَثُ ‌يَوْمَ ‌الْقِيَامَةِ ‌مُلَبِّيًا”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *