Efektivitas Pendidikan Militer bagi Siswa Bermasalah: Solusi atau Ancaman?

Moh. Faruq Abadi, M.Pd.I
Kepala SMP Terpadu Al Mubarokah Porong Sidoarjo

Masalah kenakalan remaja di lingkungan sekolah telah menjadi perhatian serius dalam dunia pendidikan. Siswa yang menunjukkan perilaku menyimpang seperti bolos, membangkang, perundungan, hingga kekerasan fisik seringkali dianggap sebagai hambatan dalam menciptakan iklim belajar yang kondusif. Salah satu pendekatan yang akhir-akhir ini menuai sorotan adalah pemberian pendidikan bergaya militer kepada siswa bermasalah. Pendekatan ini dianggap mampu membentuk kedisiplinan, tanggung jawab, dan kepatuhan terhadap aturan. Namun, efektivitas pendekatan ini masih menjadi perdebatan: apakah ia menjadi solusi jitu atau justru menciptakan ancaman baru?

Konsep Pendidikan Militer bagi Siswa Bermasalah
Pendidikan militer bukan berarti menjadikan siswa sebagai tentara, namun mengadopsi nilai-nilai yang biasa diterapkan dalam dunia militer seperti kedisiplinan tinggi, kepatuhan terhadap struktur komando, serta pelatihan fisik dan mental yang ketat. Program ini biasanya dilakukan dalam bentuk pelatihan singkat, kamp karakter, atau integrasi kurikulum semi-militer di sekolah tertentu. Tujuannya adalah untuk merombak pola pikir siswa, menanamkan tanggung jawab, dan menumbuhkan rasa hormat terhadap aturan.

Potensi Manfaat
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendidikan bergaya militer dapat membantu siswa bermasalah mengembangkan kontrol diri, meningkatkan konsentrasi, serta membentuk karakter yang lebih tangguh. Program ini juga memberikan pengalaman langsung dalam menghadapi tantangan, bekerja dalam tim, dan menyelesaikan konflik secara konstruktif. Dalam beberapa kasus, siswa yang sebelumnya sulit dikendalikan menjadi lebih patuh dan menunjukkan perubahan perilaku yang positif setelah mengikuti program.

Selain itu, pendekatan ini dianggap mampu mengisi kekosongan peran disiplin yang kadang tidak optimal diberikan oleh orang tua atau lingkungan sekitar. Nilai-nilai seperti ketepatan waktu, tanggung jawab, dan kerja sama tim bisa menjadi modal penting dalam kehidupan siswa ke depan.

Baca Juga  Filosofi Angka 43, Haul Mbah Hamid, di Bulan Maulid

Tantangan dan Kritik
Meskipun terlihat menjanjikan, pendekatan pendidikan militer tidak luput dari kritik. Beberapa ahli pendidikan dan psikologi perkembangan menyatakan bahwa pendekatan ini bisa menimbulkan tekanan psikologis berlebihan jika tidak disesuaikan dengan usia dan kondisi mental peserta didik. Ada kekhawatiran bahwa pelatihan yang terlalu keras dapat menimbulkan trauma, merusak kepercayaan diri siswa, bahkan menghambat perkembangan sosial dan emosional.

Selain itu, pendidikan seharusnya bersifat humanistik dan mengedepankan pendekatan personal, bukan sekadar penegakan disiplin. Pendekatan militer yang cenderung seragam dan keras dinilai tidak selalu cocok bagi semua siswa, terutama bagi mereka yang memiliki latar belakang traumatis atau masalah emosional yang kompleks.

Pendidikan militer bagi siswa bermasalah bisa menjadi salah satu alternatif pendekatan dalam pembinaan karakter dan kedisiplinan, namun bukan solusi tunggal. Efektivitasnya sangat tergantung pada desain program, pendampingan psikologis yang memadai, serta sensitivitas terhadap kebutuhan individual siswa. Jika dijalankan dengan tepat, pendekatan ini bisa menjadi solusi; jika tidak, bisa menjadi ancaman baru dalam dunia pendidikan.

Writer: Moh. Faruq Abadi, M.Pd.IEditor: Boy Ardiansyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *