Pemateri juga menyoroti bahwa mayoritas sungai di Indonesia telah tercemar mikroplastik. “Sebanyak 98% sungai di Indonesia mengandung mikroplastik, yang kemudian masuk ke rantai makanan melalui biota perairan,” jelas Kak Jofanny. Mikroplastik sendiri terbagi menjadi beberapa jenis, seperti fiber (serat dari stiker dan nylon), fragment (pecahan tutup botol), filamen (plastik transparan), granule (butiran dalam lulur), dan foam (styrofoam). “Skincare yang banyak digunakan oleh perempuan juga menjadi penyumbang besar mikroplastik,” tambah Kak Tasya. Hampir 50% produk perawatan kulit mengandung microbeads, partikel plastik halus yang sering ditemukan dalam lulur dan sabun pencuci wajah.
Mikroplastik memiliki sifat persistence (tidak terurai), bioakumulatif (menumpuk di dalam tubuh makhluk hidup), dan biomagnifikasi (semakin meningkat jumlahnya di tingkat rantai makanan yang lebih tinggi). Akibatnya, polusi mikroplastik menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Sebagai solusi atas masalah ini, ECOTON Foundation memperkenalkan konsep belanja isi ulang melalui Refillin Menuju Sekolah. Konsep ini mengajak siswa untuk mengubah kebiasaan belanja dari menggunakan produk sachet sekali pakai menjadi sistem isi ulang yang lebih ramah lingkungan.