Oleh: Ifa Ratnasari
Menjadi seorang guru sekaligus wali kelas bukan sekadar tentang mendidik dan mengatur kelas. Lebih dari itu, peran ini membuka jalan untuk menjalin kedekatan, menjadi sahabat bagi para siswa, dan menjadi pendamping mereka dalam proses tumbuh dan berkembang, baik secara akademik maupun karakter. Di MTs Nurul Hidayah, saya menjalani peran ini dengan sepenuh hati, karena saya percaya bahwa komunikasi yang baik dan hubungan yang hangat antara guru dan siswa adalah kunci tumbuhnya semangat belajar dan lahirnya prestasi.
Dalam setiap pertemuan, saya selalu berusaha hadir sebagai sosok yang bisa mereka ajak bicara, curhat, atau bahkan bercanda tanpa menghilangkan batasan etika antara guru dan murid. Dengan kedekatan ini, saya dapat lebih memahami karakter, latar belakang, hingga potensi unik masing-masing siswa. Saya yakinkan mereka bahwa setiap pribadi pasti memiliki kelebihan, dan setiap anak bisa berprestasi dalam bidang apapun yang mereka minati dan tekuni.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)
Ayat ini menjadi dasar motivasi yang saya sampaikan kepada siswa. Saya tanamkan bahwa perubahan, kemajuan, dan prestasi bukan datang tiba-tiba, melainkan dimulai dari kemauan diri sendiri untuk mencoba, berproses, dan tidak menyerah. Selain memberikan motivasi secara verbal, saya juga aktif mendampingi dan memantau perkembangan mereka. Saya perhatikan perubahan sikap, kemajuan akademik, dan juga keseharian mereka. Jika ada yang mulai terlihat lesu atau menyendiri, saya ajak bicara secara pribadi. Jika ada yang menunjukkan kemajuan, sekecil apapun, saya berikan apresiasi dan dorongan agar terus semangat.
Saya percaya bahwa ketika murid merasa dihargai, dimengerti, dan didukung, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan memiliki motivasi intrinsik untuk berkembang. Bukan hanya soal nilai atau peringkat, tetapi bagaimana mereka mampu mengenali potensi dan mengembangkan diri secara utuh.
Dalam sabda Rasulullah SAW disebutkan:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
(HR. Ahmad)
Menjadi guru yang bersahabat dan peduli adalah bentuk nyata dari upaya memberi manfaat. Saya tidak ingin sekadar menyampaikan pelajaran, tetapi ingin menjadi bagian dari perjalanan hidup siswa yang kelak akan mereka kenang sebagai sosok yang pernah percaya pada mereka saat mereka sendiri ragu.
Akhirnya, membangun kedekatan dengan siswa bukan berarti menghapus wibawa guru. Justru, melalui hubungan yang baik, nilai-nilai keteladanan akan lebih mudah ditanamkan. Dari kedekatan itu lahirlah kepercayaan, dari kepercayaan lahir semangat, dan dari semangat itulah akan lahir prestasi.
Menurut penulis, peran guru sekaligus wali kelas lebih dari sekadar mendidik dan mengatur kelas, melainkan juga membuka jalan untuk apa? Sebutkan minimal dua hal.