Katib Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama K.H. Yahya Cholil Staquf hadir di peringatan Nuzulul Quran PCNU Sidoarjo sebagai penceramah. Dalam materinya Gus Yahya sapaannya, menjawab kegalauan yang masih dirasakan ketua PCNU Sidoarjo pasca pilpres 2019.
Gus Yahya menegaskan bahwa tidak ada yang perlu dirisaukan lagi usai pemilu. Pasalnya, warga NU sudah berusaha dan berikhtiar demi masa depan NU dengan memberikan pilihannya. “Itu sudah bukan kewajiban NU, sudah kewajiban negara,” tegasnya.
Dengan mengutip penjelasan yang disampaikan Habib Zain bin Smith kepada Gus Yahya saat ditemui di Madinah, bahwa manusia berjalan di atas takdir. Artinya, jika manusia berikhtiar kemudian sesuai dengan ketetapan Allah maka orang tersebut bejo atau beruntung. Namun, jika tidak sama, maka manusia wajib ridlo, karena kita hanya bisa berikhtiar.
Menurut Gus Yahya, rentetan kejadian yang akhir-akhir ini meresahkan salah satunya disebabkan oleh sisa orde baru. Pasalnya, pada tahun 2024 generasi mereka hilang, jika diukur dari usia. “Tahun ini kesempatan terakhir mereka,” tegasnya.
Apa yang mereka lakukan, lanjutnya, tidak perduli dengan keselamatan bangsa. Bahkan, kerja sama dengan kelompok yang ingin mengubah dasar negara pun bisa dilakukan.
Menutup materinya, beliau menjelaskan di antara kekacauan dunia Islam, NU mulai diperhatikan. Pasalnya, perdaban dunia Islam yang masih utuh hanya di Indonesia dan dipegang oleh NU. Sehingga menjadi modal untuk kemajuan Islam di masa depan.