Hasanah Fī al-Dunyā: Membaca Al-Qur’an sebagai Kunci Adaptasi, Kesehatan Mental, dan Percaya Diri di Era Modern
Oleh : Rahmad Sugianto, M.Pd (SMA Wachid Hasyim 2 Taman)
SIDOARJO, NU Delta – Doa yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 201 adalah salah satu doa yang paling sering dibaca oleh umat Islam:
“Rabbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah wa fil-aakhirati hasanah wa qinaa ‘adzaaban-naar.”
Makna doa ini mencerminkan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Menariknya, bagian pertama yang diminta adalah “hasanah fī al-dunyā” atau kebaikan di dunia. Ini menunjukkan bahwa kehidupan yang layak dan bermakna di dunia menjadi fondasi menuju kebahagiaan akhirat. Namun, seperti apakah wujud dari “kebaikan dunia” itu? Dalam konteks modern, kebaikan dunia bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan perubahan, menjaga kesehatan mental dan fisik, serta membangun rasa percaya diri.
Tulisan ini akan membahas bagaimana aktivitas spiritual seperti membaca Al-Qur’an dapat menjadi sarana ilmiah dan praktis untuk mewujudkan hasanah fī al-dunyā, dengan landasan teoritik dan referensi ilmiah yang mendukung.
1. Kemampuan Adaptasi dan Problem Solving
Di era digital, kemampuan beradaptasi menjadi kunci penting untuk hidup layak. Banyak orang tergoda untuk menjadi sekadar konsumen perubahan, seperti menggunakan ponsel hanya untuk bermain game atau sekadar hiburan pasif. Padahal, adaptasi sejati ditandai dengan kemampuan untuk menyikapi perubahan secara aktif dan produktif.
Membaca Al-Qur’an, meskipun tampak sebagai kegiatan religius, sejatinya melatih keterampilan berpikir sistematis dan problem solving. Pembelajaran huruf hijaiyah hingga tajwid melibatkan proses berpikir logis dan analitis. Misalnya, memahami bahwa alif yang difathah dibaca “a”, dan ba’ yang dikasrah dibaca “bi”, maka “Abi” menjadi hasil dari proses logika fonetik. Menurut teori pembelajaran Vygotsky, pembelajaran melalui simbol dan aturan seperti ini sangat efektif dalam mengembangkan fungsi eksekutif pada anak (Vygotsky, 1978).
Hasanah Fī al-Dunyā: Membaca Al-Qur’an sebagai Kunci Adaptasi, Kesehatan Mental, dan Percaya Diri di Era Modern
Al-Attas (1999) dalam karyanya The Concept of Education in Islam menekankan bahwa ilmu agama tidak terpisah dari pengembangan akal. Dengan demikian, pembiasaan membaca Al-Qur’an sejak dini dapat memperkuat kemampuan kognitif, terutama dalam menyusun solusi terhadap permasalahan yang dihadapi.
2. Kesehatan Mental dan Regenerasi Sel
Kesehatan yang optimal tidak hanya ditentukan oleh makanan dan olahraga, tetapi juga oleh kondisi psikologis dan spiritual. Membaca Al-Qur’an terbukti secara ilmiah dapat menenangkan pikiran dan menurunkan tingkat stres.
Penelitian oleh Thomas & Abdul Latif (2016) menunjukkan bahwa mendengarkan bacaan Al-Qur’an dapat menurunkan kadar kortisol, hormon yang berhubungan dengan stres. Efek relaksasi ini membantu sistem saraf parasimpatik bekerja lebih optimal, yang pada gilirannya mempercepat regenerasi sel dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Elsevier, 2020).