SIDOARJO, NU Delta | Himpunan Mahasiswa (HIMA) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (UNUSIDA) sukses menyelenggarakan Seminar Psikologi. Kegiatan yang mengusung tema ‘Meretas Rahasia Otak: Dari Overthinking ke Self-Accepting‘, dihelat di Aula Trisatya Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Sidoarjo, Sabtu (17/5/2025).
Ketua Hima Prodi PGSD UNUSIDA, Imro’atum Mufidah menjelaskan, kegiatan ini sebagai bagian dari agenda pengembangan diri mahasiswa di tengah tantangan kesehatan mental yang semakin kompleks. Seminar ini diselenggarakan sebagai bentuk kepedulian mahasiswa PGSD terhadap pentingnya kesehatan mental, khususnya dalam konteks dunia pendidikan dan kehidupan sehari-hari.
“Melalui tema yang dipilih secara relevan kali ini. Semoga dapat memberikan wawasan kepada peserta mengenai cara kerja otak dalam merespons kecemasan berlebih (overthinking). Serta bagaimana membangun sikap menerima diri sendiri (self-acceptance) secara sehat dan produktif,” ujarnya kepada NU Delta, Senin (19/5/2025).
Acara ini diikuti oleh puluhan mahasiswa dari berbagai program studi di UNUSIDA. Melalui seminar psikologi ini, pihaknya berharap dapat membekali mahasiswa dengan wawasan psikologis yang aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya dalam menghadapi tekanan akademik dan sosial.
“Seminar ini diharapkan dapat menjadi awal dari rangkaian program kesehatan mental dan pengembangan diri mahasiswa di lingkungan UNUSIDA. Yang ke depannya akan terus dikembangkan oleh HIMA PGSD bersama setiap stakeholder di UNUSIDA,” jelasnya.
Seminar yang berlangsung dengan penuh antusias ini menghadirkan narasumber kompeten. Yakni Dosen Bimbingan dan Konseling dari UIN Sunan Ampel Surabaya Dr. Mierrina, M.Si., Psikolog. Dalam pemaparannya, Dr. Mierrina mengajak peserta untuk memahami bagaimana cara kerja otak saat mengalami stres dan overthinking, serta memberikan pendekatan ilmiah dan praktis untuk membangun self-acceptance atau penerimaan diri.
Penjelasan Mengenai Tema
“Overthinking seringkali menjadi hambatan dalam produktivitas dan kesehatan mental, apalagi di kalangan mahasiswa. Kuncinya adalah mengenali pikiran, menerima diri sendiri secara utuh, dan belajar mengelola emosi dengan bijak,” ujar Dr. Mierrina.
Dokter praktisi di Siloam Hospital Surabaya tersebut menerangkan pentingnya penerimaan diri atau self-acceptance dalam menghadapi tekanan sosial, tuntutan akademik, serta tantangan kehidupan di era digital. Ia menyampaikan materi tidak hanya secara teoritis. Tetapi juga dengan aplikatif sehingga para peserta dapat memahami dan menerapkan prinsip-prinsip self-acceptance dalam kehidupan sehari-hari.
“Self-acceptance bukan berarti pasrah, tetapi menerima diri dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Sebagai langkah awal untuk berkembang,” pungkasnya. (MY)