Kebangkitan Nasional, Kebangkitan untuk Sadar Bersama

SIDOARJO, NU Delta|Kebangkitan Nasional, Kebangkitan untuk Sadar Bersama. Paruh pertama abad ke-20 di Nusantara (kini Indonesia) adalah periode keemasan rakyat Indonesia. Periode yang sadar akan pentingnya sebuah identitas kewarganegaraan dan kenegaraan.

Masa ini ditandai dengan lahirnya sebuah organisasi Budi Utomo. Organisasi yang diprakarsai oleh Dr. Soetomo bersama beberapa pelajar STOVIA di Jakarta pada 20 Mei 1907.

Dengan dorongan Dr. Wahidin Sudirohusodo, tujuan didirikannya Budi Utomo adalah untuk mendorong kesadaran nasionalisme, persatuan, dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Secara garis besar, faktor didirikannya organisasi Budi Utomo ini berlatarbelakang oleh keprihatinan akan penderitaan rakyat Indonesia yang berkepanjangan akibat penjajahan.

Selain itu, memori tentang kejayaan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit menjadi pemicu serta motivasi munculnya kaum intelektual. Kaum yang menjadi generasi yang siap untuk mengubah keadaan bangsa Indonesia agar merdeka dan lebih baik.

Dari segi eksternal para intelektual Indonesia juga berkaca pada situasi di Asia. Sepertihalnya Turki Muda, Kongres Nasional India, dan Gandhisme; dan kemenangan Jepang atas Rusia pada perang Jepang-Rusia yang menyadarkan negara-negara di Asia untuk melawan negara Barat, termasuk Indonesia yang saat itu melawan penjajah.

Kebangkitan Nasional, Kebangkitan untuk Sadar Bersama

Organisasi Budi Utomo dianggap sebagai pelopor kebangkitan intelektual yang memberikan pengaruh pada gerakan organisasi lain. Seperti Sarekat Islam dan Indische Partij. Meskipun dalam perjalanannya, kiprah Budi Utomo sempat dianggap terlalu condong bekerja sama dengan pemerintah kolonial dan lebih fokus kepada Jawa.

Sehingga tepat pada tanggal 20 Mei, diputuskan sebagai Hari Kebangkitan Nasional oleh Presiden Soekarno. Lebih repatnya pada tahun 1948 di Istana Kepresidenan Yogyakarta. Ini berdasarkan usulan Ki Hadjar Dewantara, sebagai simbol kebangkitan bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai rintangan dan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Baca Juga  Meningkatkan Disiplin dan Kesabaran: Pelajaran Berharga dari Ramadhan

Peristiwa Kebangkitan Nasional Indonesia menandai periode pertama ketika rakyat Indonesia mulai menumbuhkan rasa kesadaran nasional sebagai “orang Indonesia”.

Ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928) merupakan peristiwa lanjutan dari Kebangkitan Nasional. Dalam kepesertaannya, Sumpah Pemuda dipenuhi oleh berbagai macam intelektual dan para pemuda dari berbagai macam ras, suku bangsa, dan agama. Ini membuktikan tentang kebhinekaan yang mampu menjadi tunggal, atau perbedaan yang mampu bersatu dalam tanah air, bangsa, serta Bahasa Indonesia.

Titik balik dari rangkaian peristiwa sakral tersebut, Kebangkitan Nasional dan Sumpah Pemuda, seharusnya mampu menjadi pelecut motivasi bagi generasi penerus bangsa. Generasi yang tangguh mempertahankan keutuhan identitas bangsa. Dan sebagai wujud terima kasih atas jasa para intelektual, pemuda serta pejuang kemerdekaan, sepatutnya kita mengisi masa keberlanjutan pembangunan dari berbagai bidang.

Kebangkitan Nasional, Kebangkitan untuk Sadar Bersama

Ada banyak pekerjaan yang perlu kita cetak tebal yang menjadi indikasi kemunduran sebuah bangsa, antara lain kasus korupsi, krisis moral dan etika, kecenderungan orang-orang yang lebih mengutamakan kepentingan sendiri, kelompok atau partai daripada kepentingan umum dan orang banyak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *