Oleh : Dr. Heru siswanto, M.Pd.I
SIDOARJO, nusidoarjo.or.id | Ketika KH. Hasyim Asy’ari Menolak Jadi Presiden Indonesia
…….Pada tahun 1942 KH. Hasyim Asy’ari dipenjara di Jombang dan dipindahkan ke penjara Mojokerto kemudian ditawan di Surabaya oleh Jepang, sebab beliau menolak segala bentuk Niponnisasi, seperti menyanyikan lagu Kimigayo dan mengibarkan bendera Hinomaru. Sehingga beliau dianggap sebagai penghalang pergerakan Jepang. Termasuk pada tahun tersebut, beliau juga pernah berfatwa dengan melarang Saekeirei, penghormatan penuh pada kaisar Teno Heika dengan cara menundukan badan seperti dalam shalat dan menghadap ke arah Tokyo akibatnya dipenjara selama 4 bulan serta menyebabkan jemari-jemarinya cacat……
Hasyim Asy’ari dikenal sebagai pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Beliau merupakan salah seorang ulama besar yang paling disegani dan dihormati serta menjadi rujukan berbagai macam problematika kehidupan, mulai persoalan agama hingga politik kebangsaan pada masanya.
Banyak masyarakat dan tokoh yang meminta petunjuk kepada Pendiri Nahdlatul Ulama ini agar tidak salah dalam mengambil sikap demi menciptakan kemaslakhatan hidup bersama.
Karena pengaruhnya di tengah masyarakat yang sedemikian kuat sehingga menarik perhatian Jepang untuk menawarkan jabatan Presiden Indonesia kepada beliaunya. Rekam jejak sejarahnya ini terabadikan dalam sebuah catatan harian Maruto Nitimiharjo.
Beliau adalah tokoh Murba yang seangkatan dengan Adam Malik. Seiring dengan itu KH. Salahuddin Wahid juga pernah menceritakan hal tersebut atas cerita dari kawannya yaitu Hadijoyo Nitimiharjo. Dimana beliau ini adalah putra dari Maruto Nitimiharjo. Ceritanya KH. Salahuddin Wahid ini tertulis dalam sebuah pengantar buku karya Zuhairi Misrawi (2010) berjudul “Hadratussyaikh, Komitmen Keumatan dan Kebangsaan.”
Ketika KH Hasyim Asy’ari Menolak Jadi Presiden Indonesia
Kehadiran Maruto Nitimiharjo menemui KH Hasyim Asy’ari karena diutus oleh pemerintah militer Jepang pada saat itu untuk menawari menjadi Presiden Indonesia. Tawaran tersebut, langsung beliau tolak. Sebab beliau sudah punya komitmen dan menemukan relasi kesadaran, sebagai seorang kiai tugasnya adalah mendidik dan mengajar santri di pesantren bukan malah menjadi presiden diluar bidangnya.
Terkait dengan hal itu, Jepang sebetulnya sudah mengetahui bahwa KH. Hasyim Asy’ari akan menolak tawaran tersebut. Namun sebetulnya, dibalik tawaran tersebut Jepang ingin mengetahui dukungan KH. Hasyim Asy’ari akan berlabuh kepada siapa selanjutnya.
Oleh Karena itu, setelah muncul penolakan tersebut. Jepang memberikan pertanyaan berikutnya, siapa yang layak untuk menjadi presiden dan wakilnya dalam pandangan KH. Hasyim Asy’ari. Seketika ditanya demikian, beliau memberikan jawaban atas dasar pandangan putranya, KH Abdul Wachid Hasyim. Bahwa yang paling berhak dan cocok untuk mengemban amanah sebagai presiden Indonesia adalah Ir Soekarno (Bung Karno) dan Drs. Moh. Hatta (Bung Hatta) sebagai wakilnya.
Menjadi sebuah catatan penting kita bersama, kehebatan dan pengaruhnya KH. Hasyim Asy’ari di Indonesia ini tidak serta merta beliau dapatkan begitu saja. Namun juga penting kita ketahui dari riwayat beliau, mulai dari lahir, masa berjuangnya hingga wafatnya.
Ketika KH Hasyim Asy’ari Menolak Jadi Presiden Indonesia
Riwayat beliau, lahir di tengah keluarga yang agamis di Desa Gedang, Jombang pada 24 Dzulqo’dah 1287 H atau 14 Februari 1871 M diberi nama Muhammad Hasyim bin Asyari. Bapaknya bernama Kyai Asyari berasal dari Demak termasuk pendiri Pesantren Keras di Jombang. Sedangkan, ibunya yang bernama Halimah adalah putri Kiai Usman, pendiri Pesantren Gedang.