SURABAYA – Pameran foto dan dokumentasi Perjalanan Komite Hijaz yang digelar oleh Lembaga Taklif Wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN NU) dan Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) pusat, dibuka oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, Ahad (5/02/2023).
Pameran yang dihelat di Hotel Shangri-La Surabaya itu menghadirkan sejumlah tokoh dan dzurriyyah (keturunan) pendiri NU, dan puluhan awak media.
Dalam kesempatan tersebut, KH Yahya Cholil Staquf menjelaskan perihal narasi merawat jagat adalah merawat alamnya, termasuk juga merawat harmoni penghuni-penghuninya. Sebagai umat manusia kita butuh secara bersama-sama menjamin keharmonisan dalam hidup.
“Kenapa kita memakai tag-line demikian (merawat jagat, membangun peradaban), karena kita terinspirasi dengan perjuangan para muassis, khususnya terinspirasi perjuangan ala KH Wahab Hasbullah. mbah Wahab ini melakuan banyak perjuangan peradaban, dimana ada fenomena peradaban, beliau selalu peka dan bergerak,” terang Gus Yahya, sapaan akrabnya.
“Kalau ada Wali suwuk, yakni wali yang doanya mandi (mudah terkabul), tapi ada Wali pendidikan, seperti Kiai Fattah gurunya Gus Dur, ngajar sambil tidur tapi muridnya banyak yang jadi Kiai besar. Sedang Gus Dur sendiri ini Wali guyon (bercanda), candanya kerap jadi kenyataan. Sementara KH Wahab Hasbullah berbeda. Mbah Wahab adalah Wali peradaban,” jelas Gus Yahya.
“Beliau sangat peduli dengan setiap fenomena peradaban. Saat HOS Cokroaminoto mendirikan Sarekat Islam, beliau langsung mendirikan Sarekat di Makkah. Beliau ini mengikuti kejadian-kejadian di Makkah karena pernah tinggal di Makkah kurun 1923-an,” imbuhnya.
“Perlu diketahui, bahwa Kiai Wahab lah yang mengusulkan berdirinya organisasi ulama’ (NU) ini kepada Sang Guru, KH M Hasyim Asy’ari sejak 1925. Kiai Wahab juga sebelumnya telah mendirikan banyak organisasi, seperti Nahdlatut Tujjar, Taswirul Afkar dan lainnya, beliau mempunyai visi yang sangat luar biasa di usia yang masih muda,” kagumnya.
Dari penjelasannya, KH Yahya Staquf berkesimpulan, mendirikan NU merupakan agenda peradaban, agenda untuk kehidupan baru, kehidupan lebih baik. Itu terbukti, setelahnya peradaban menjadi lebih baik, kesetaraan dan persamaan hak tanpa memandang ras, suku, latar belakang pribumi yang dianggap seperti budak sudah dihapuskan.
“Ketika para pemuda mengumumkan sumpah bersama, itu adalah sumpah tentang kesetaraan dan persatuan sampai lahirnya negara kesatuan republik Indonesia. Maka kami berkesimpulan, mandat utama NU, adalah mandat peradaban, agenda membangun peradaban, dengan penghormatan atas kesetaran hak semua manusia,” pungkas Kiai Yahya.
Acara tersebut diresmikan dengan memotong rangkaian bunga, dilanjut dengan menyaksikan pameran dengan pemandu menjelaskan setiap rangkaian perjalanan.
Pewarta: Emzed Ef
Editor: Rizqillah Kiki