Hadist ini dikutip oleh Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari dalam Kitabnya Adab alim wa Al Mutaallim yang artinya akhlak seorang guru dan murid. Kiai Hasyim tidak hanya seorang tokoh pendiri organisasi terbesar di dunia yakni NU, akan tetapi juga pelopor pergerakan dakwah Islam di pelosok-pelosok desa utamanya dilanggar -langgar atau yang biasa disebut surau.
Melalui kiai-kiai langgar inilah Islam menjadi maju, berkembang dan tidak mudah roboh, Islam sederhana yang mengakar diakar rumput.
Kiai langgar, meskipun ilmunya pas-pasan, namun itu cukup untuk menyemarakan Islam di tingkat musola. Memang Islam adalah agama yang mudah dan tidak perlu dipersulit. Cukup shalat lima waktu dan menahan diri untuk tidak melakukan dosa besar, sudah bisa menjadi tiket ke surga.
Dalam hadis di atas, Nabi Muhammad Saw mengumumkan bahwa orang Islam yang sejati seharusnya haus akan ilmu. Sebab dengan ilmu, Islam menjadi agama yang membawa kemajuan, perubahan, dan kesejahteraan sebagaimana telah dibuktikan oleh Rasulullah ketika membangun masyarakat Madinah dan Makkah yang majemuk.
Maka tak aneh jika ada orang Islam yang mau menyisihkan waktunya untuk mengaji, maka seluruh mahluk dimuka bumi ini ikut mendoakanya, termasuk ikan-ikan di lautan. Sebab dengan pencerahan ilmu tersebut manusia akan peduli pada lingkunganya, hutan, laut, gunung dan semua mahluk sebagai partner dalam pengabdiannya pada Allah.