Di depan sekitar 1 juta jamaah Istigotsah Kubro PWNU Jawa Timur, K.H. Marzuki Mustamar menegaskan bahwa bertauhid itu ada di dalam hati, diamalkan dalam perbuatan, dan lisan. “Tauhid itu ada di dalam hati. Menjalankan perintah Allah itulah orang bertauhid,” tegasnya.
Ia pun menjelaskan, apapun benderanya kalau hatinya selalu mengucap laila ha illallah lebih banyak, dari pada mengibarkan bendera tauhid maka ia adalah orang bertauhid. “Timbangane ngobat-ngabitne bendera mending koyo wong tariqah, setiap setelah salat dibaca 165 kali,” jelasnya.
Jadi, lanjut Kiai Marzuki, yang menentukan tauhid adalah hati seseorang.
Ia pun meminta umat Islam di Indonesia harus bermadzab. Karena madzab menjadi tolok ukur kesesuaian keilmuan seseorang dengan Rasulullah Muhammad, SAW.
Dalam kesempatan itu pula ketua PWNU itu juga menjelaskan tentang komitmen kebangsaan santri dan kiai yang sudah ada sejak bangsa ini belum ada. Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November berawal dari pertempuran Laskar Hisbullah tanggal 22 Oktober, yang saat ini diperingati sebagai Hari Santri.
Dengan ditetapkannya Hari Santri, maka negara telah menginspirasi para santri dan kiai untuk kembali meneguhkan dan menjaga NKRI dari berbagai ancaman.