Pentingnya Literasi Kesehatan dalam Bisnis Kuliner Modern

Ilustrasi literasi kesehatan dalam bisnis makanan kekinian

SIDOARJO, NU Delta | Di tengah meningkatnya angka pengangguran dan maraknya bisnis kuliner, muncul fenomena menarik: banyak masyarakat memilih berjualan makanan dan minuman sebagai jalan pintas ekonomi. Namun, di balik semangat berwirausaha, ada satu aspek penting yang sering terlupakan—literasi kesehatan.

Kenapa Literasi Kesehatan Itu Penting?

Ketika seseorang memulai usaha kuliner tanpa memahami dampak kesehatan dari produknya, maka konsumenlah yang bisa menjadi korban. Makanan cepat saji yang menggiurkan tampilan dan rasanya, sering kali mengandung bahan yang kurang sehat, tinggi gula, garam, atau lemak trans. Sayangnya, banyak pelaku usaha hanya fokus pada viralitas, bukan kualitas gizi.

Masyarakat Terkecoh Tampilan, Lupa Kandungan

Kita hidup di era visual. Tampilan makanan yang menarik di media sosial bisa membuat orang tergoda tanpa berpikir panjang. Ditambah dengan ulasan dari influencer yang lebih bersifat promotif, bukan edukatif, masyarakat menjadi mudah terbuai oleh rasa dan bentuk—bukan isi kandungan gizi atau dampaknya bagi tubuh.

Akibat Buruk Konsumsi Makanan Tidak Sehat

  • Risiko diabetes akibat konsumsi gula berlebih
  • Penyakit jantung dari makanan tinggi kolesterol
  • Kanker akibat bahan pengawet atau pewarna buatan
  • Obesitas karena pola makan cepat saji yang tidak terkontrol

Tips Menyeimbangkan Usaha Kuliner dan Literasi Kesehatan

  1. Pelajari bahan baku yang aman dan bergizi
  2. Sertakan informasi kandungan gizi di kemasan
  3. Kurangi penggunaan pengawet, pewarna, dan pemanis buatan
  4. Gunakan teknik masak sehat seperti kukus atau panggang
  5. Utamakan kebersihan dapur dan peralatan

Berwirausaha Bukan Hanya Soal Untung

Menjual makanan bukan sekadar mengejar cuan. Pelaku bisnis kuliner memiliki tanggung jawab moral terhadap kesehatan konsumen. Makin tinggi literasi kesehatan pelaku usaha, makin tinggi pula kepercayaan konsumen terhadap produk mereka.

Baca Juga  Strategi Sekolah Populer: Rahasia di Balik Jumlah Siswa yang Melimpah

Kapan Waktunya Kita Mulai Peduli?

Jawabannya: sekarang. Karena semakin lama kita menunda, semakin besar kemungkinan masyarakat jatuh pada pola konsumsi tidak sehat. Pemerintah, pendidik, konten kreator, dan pelaku usaha harus bersinergi mendorong perubahan. Edukasi soal kandungan makanan harus semasif promosi diskon minuman manis di aplikasi daring.

Kesimpulan

Meningkatnya bisnis kuliner di era digital seharusnya dibarengi dengan meningkatnya literasi kesehatan. Wirausahawan kuliner harus paham bahwa makanan yang dijual bukan sekadar produk, tapi juga penentu kualitas hidup konsumen. Dengan memahami literasi gizi dan menerapkannya, bisnis pun bisa tetap sehat—secara finansial dan moral.

Penulis: Muslimin (Guru SMP Pancasila Krian)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *