Logika Pratikno, Menuju Generasi Bermartabat

Dr. Heru Siswanto, M.Pd.I
Dr. Heru Siswanto, M.Pd.I

SIDOARJO, NU Delta | Ada suatu ungkapan, “Tidak ada ceritanya suatu masyarakat bisa maju apabila dipenuhi generasi yang bodoh tak bermoral. Dan suatu masyarakat akan memiliki peradaban lebih maju, apabila generasinya berilmu disertai menjunjung tinggi nilai moral.”

Ini sebetulnya mengingatkan kita pada satu kesempatan, Menko PMK (Pembangunan Manusia dan Kebudayaan) Pratikno menyoroti akan pentingnya literasi digital dan adanya penanganan stunting secara tepat. Hal ini bertujuan untuk membentuk generasi yang berkualitas di Era Artificial Intelligence (AI) saat ini.

Mengapa demikian? Pratikno menyoroti pentingnya sikap kritis bagi generasi muda. Sikap kritis dalam menghadapi perkembangan zaman yang semakin maju dan kian tak menentu.

Tantangan Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI)

Contohnya perkembangan yang perlu kita kritisi adalah kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Kecerdasan buatan (AI) saat ini tak ubahnya gelombang tsunami digital yang menerjang, menarik atensi, dan memicu imajinasi generasi muda. Fenomena ini bukan lagi sekadar wacana futuristik, melainkan realitas yang kian mengakar dalam sendi kehidupan. Dari algoritma yang merekomendasikan tontonan favorit hingga asisten virtual yang kian mahir memahami nuansa bahasa, AI telah menjelma menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian.

Selanjutnya ia menekankan, ketika anak-anak terlalu bergantung pada jawaban AI dari setiap permasalahan hidupnya, akan berisiko mengalami penurunan kemampuan bernalar secara kritis. Inilah sisi negatif AI yang patut menjadi perhatian serius kita semua

Ia juga menegaskan, kehadiran literasi digital dan etika berteknologi juga harus menjadi bagian dari kurikulum dalam hidup kita. Tujuannya agar generasi muda kita tidak terjebak pada nilai kegagalan dan tidak hanya cerdas menggunakan teknologi semata.

Generasi muda kita juga harus bijak dan mampu melakukan verifikasi informasi secara tepat, benar, dan berdaya guna.

Baca Juga  Megengan : Tradisi Kearifan Lokal dalam Menyambut Ramadhan

Pentingnya Penangan Stunting

Selain membahas teknologi secara panjang lebar, orang yang pernah menjadi rektor UGM tersebut juga menekankan pentingnya penanganan stunting. Penanganan yang menjadi modal dasar atas pembangunan manusia kedepannya.

Sebab, anak yang mengalami stunting akan kesulitan mengembangkan potensinya secara baik. Meskipun dalam hal ini pendidikannya ditingkatkan.

Ia juga menjelaskan dengan adanya penurunan angka stunting sebagai strategi jangka panjang untuk menciptakan generasi berkualitas, unggul, berdaya saing.

Dalam kesempatan itu, Ia juga menjelaskan bahwa Indonesia membutuhkan generasi yang sehat tidak hanya secara fisik, tetapi juga sehat secara mental, dan moral. Mengingat saat ini, kondisi dunia yang terus berubah-ubah, untuk itu menjadi pembelajar yang adaptif jauh lebih penting. Dibanding dari pada sekadar atau sebatas menguasai satu bidang pengetahuan saja.

Mari berubah menjadi generasi yang lebih baik, dengan memiliki nalar yang kritis, sehat secara fisik, mental, moral dan spiritualnya. Serta mengusai keilmuan secara mumpuni, tidak hanya satu bidang keilmuan semata yang kita kuasai akan tetapi lebih dari satu bidang keilmuan.

Writer: Dr. Heru Siswanto, M.Pd.IEditor: Rizqillah

Response (1)

  1. Alhamdulillah bisa baca n nambah wawasan.
    Berdasarkan pemahaman dari sebuah ajaran Islam menyatakan bahwa siapa ingin bahagia di dunia harus berilmu, begitu pula ingin bahagia diakhirat harus berilmu. Tidak hanya Afiyatan fik Jasad, tetapi kita diajarkan untuk memohonsalamatan fiddin, waafiyatan fil jasad, wa ziyadatan fil ilmi, barokatan firizqi ….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *