Pendakwah milenial Nahdlatul Ulama (NU) dari madura, Lora Ismail Kholilie mengatakan pelajar NU bisa menjadi konten kreator dakwah dengan kemampuan masing-masing. Dengan menjadikan prinsip hadist Rasullulah sampaikan ilmu walau satu ayat.
“Saya yakin rekan-rekanita itu punya dasar-dasar ilmu agama. Itu kita buat semenarik dan sebaik mungkin kemudian kita sampaikan kepada orang-orang, ” katanya saat mengisi kajian di acara pelantikan Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU) Sidoarjo, Sabtu (24/06/2023) di Pendopo Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat.
Menurut Lora Ismail, salah satu yang banyak diminati di media sosial adalah menerjemah kalam hikmah. Dengan penerjemah ini banyak orang yang merasa terbantu ketika ia sedang mengalami stressstress. Kontek dakwah yang banyak diminati juga berupa quotes dan tanya jawab.
“Itu teman-teman bisa coba, nanti kalau sering mencoba membuat konten dakwah akan timbul kepekaan apa yang dibutuhkan oleh para netizen, ” ungkapnya.
Lora Ismail lantas mengatakan para santri untuk tidak menjadikan tawadhu sebagai alasan dirinya agar tidak mengisi pangung-panggung dakwah. Jika para santri tidak mengisi pangung dakwah, maka akan diisi oleh orang di luar NU.
“Jadi bagi saya sangat penting untuk kita punya komitmen atau prinsip bagaimana sebagai pemuda NU harus punya peran,”
Dikatakan sudah saatnya generasi muda NU terjun di dunia maya seperti Youtube, Instagram. Tiktok. Karena diakui atau tidak yang banyak mewarnai dakwah di media sosial adalah orang-orang di luar NU. Namun jika generasi muda NU ingin tampil harus punya dua hal. Pertama harus mempunyai niat yang benar. Karena sosial media identik menampilkan kebaikan-kebaikan yang sebagian orang tidak mau karena takut riya’, pamer dan sebagainya.
“Justru itu wajib dan harus. Kata Syaikh Wahab Asy-Sya’rani menampilkan kebaikan kita itu boleh dan dianjurkan dengan dua syarat. Pertama sudah merasa aman dari sombong, kedua niat bukan untuk pamer. Tetapi niat untuk memotivasi orang lain agar mereka tertarik melakukan kebaikan,” ungkapnya.
Selanjutnya yang kedua adalah harus memiliki ilmu, karena niat saja tidak cukup. Lora Ismail Kholilie mengamati saat ini banyak konten-konten khususnya mengatasnamakan NU tetapi bukan mengharumkan NU malah mempermalukan NU. Ia telah mengkritik akun-akun yang mengatasnamakan santri, pesantren, NU tetapi yang di unggah hal yang tidak layak dikosumsi oleh publik.
“Orang yang seperti ini pertama tidak punya ilmu. Kedua niatnya salah, yang penting viral dengan menghalalkan segala cara. Akhirnya tidak mempertahnkan prinsip malunya untuk membuat konten viral,” terangnya.
Fenomena tersebut merupakan Pekerjaan Rumah (PR) generasi muda NU. Dijelaskan viral bukan tujuan utama dalam berdakwah. Karena tidak semua yang viral itu terpuji atau positif.
“Kita harus punya kemauan untuk mencoba. Maka tidak cukup hanya teori tapi tidak mencoba. Usaha mempunyai peran yang sangat penting,” tandasnya.
Pewarta : Boy Ardiansyah