Penulis : Rahmad Sugianto, M.Pd.
Malam Lailatul Qadar adalah malam yang dinantikan oleh seluruh umat Islam. Malam yang lebih mulia dari seribu bulan ini diyakini datang pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Barang siapa yang beribadah pada malam itu, seolah-olah ia telah beribadah selama 1.000 bulan atau setara dengan 83 tahun. Rasulullah SAW sendiri menganjurkan umatnya untuk mencari malam penuh keberkahan ini. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, “Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya.” (HR Bukhari 4/221 dan Muslim 1165).
Namun, tidak ada yang mengetahui dengan pasti kapan Lailatul Qadar datang. Oleh karena itu, Rasulullah SAW selalu memperbanyak ibadah pada sepuluh malam terakhir Ramadhan. Aisyah RA pernah meriwayatkan, “Nabi Muhammad SAW ketika memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan memilih fokus beribadah, mengisi malamnya dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut beribadah.” (HR Al-Bukhari).
Pada suatu malam di sepuluh hari terakhir Ramadhan, Rasulullah SAW melakukan i’tikaf di dalam masjid. Para sahabat pun mengikuti jejak beliau. Mereka menghabiskan malam dengan shalat, berzikir, dan bermunajat kepada Allah SWT. Langit tampak gelap tanpa bintang, mendung menggantung di atas kota Madinah. Angin berhembus pelan, menyapu tubuh-tubuh yang larut dalam ibadah.
Ketika Rasulullah SAW dan para sahabat tengah sujud, tiba-tiba hujan turun dengan deras. Masjid Nabawi pada masa itu belum beratap, sehingga air hujan langsung menggenangi lantainya. Pakaian mereka mulai basah, tubuh mereka menggigil kedinginan, namun tidak ada seorang pun yang beranjak dari tempatnya. Salah seorang sahabat hampir membatalkan shalatnya untuk mencari tempat berteduh, tetapi niat itu ia urungkan ketika melihat Rasulullah SAW tetap sujud dengan khusyuk, seolah-olah beliau sedang tenggelam dalam lautan keindahan spiritual.
Air semakin menggenangi masjid, tetapi Rasulullah SAW tidak bergerak sedikit pun. Beliau tetap larut dalam sujudnya, merasakan cahaya Ilahi yang memenuhi jiwanya. Beliau takut jika mengangkat kepala, keindahan yang sedang beliau saksikan akan hilang. Para sahabat yang melihat pemandangan itu pun semakin tergerak hatinya untuk tetap bertahan dalam ibadah meski dalam keadaan basah kuyup.
Setelah waktu yang cukup lama, Rasulullah SAW akhirnya mengangkat kepala dan menyelesaikan shalatnya. Ajaibnya, hujan pun langsung berhenti. Anas bin Malik, salah seorang sahabat Rasulullah SAW, segera berlari hendak mengambil pakaian kering untuk beliau. Namun, Rasulullah SAW menahannya dan berkata, “Wahai Anas, janganlah engkau mengambilkan sesuatu untukku. Biarkanlah kita sama-sama basah. Nanti juga pakaian kita akan kering dengan sendirinya.”
Malam itu menjadi saksi bagaimana Rasulullah SAW dan para sahabat menghidupkan malam-malam terakhir Ramadhan dengan penuh kekhusyukan. Dari kejadian tersebut, semakin jelas bahwa Lailatul Qadar bukan sekadar malam yang penuh keberkahan, tetapi juga malam yang menyimpan hikmah dan rahasia besar. Semoga kita semua dapat meraih kemuliaan malam seribu bulan dan semakin dekat dengan Allah SWT.