Oleh: Syaikhul Islam
Subuh pagi tadi mungkin akan jadi subuh yang sulit saya lupakan. Saat bangun agak terlambat sekitar pukul 04.00 waktu Saudi, entah kenapa saya terjaga dan reflek bicara sendiri dengan sedikit teriak Mbah Moen itu haji setiap tahun seperti sahabat Abdullah ibnu Umar hingga seluruh isi kamar ikut terbangun.
Ya mungkin karena semalam sebelum tidur saya kepikiran isi buku Kiai Ali Musttafa berjudul Haji Pengabdi Setan yang isinya mengkritik orang yang setiap tahun berhaji dan tidak memiliki kepedulian sosial.
Semuanya tampak biasa saja sebelum saya pergi ke kamar mandi. Namun setelah berita wafatnya Mbah Moen mulai bersliweran di WA grup, lutut ini rasanya lemas, antara percaya dan tidak. Kiai yang saya idolakan sejak kecil itu benar wafat. Tak lama WA dari ayah saya masuk, menyuruh segera ke rumah sakit membantu sebisanya.
Saya lekas berangkat meski tahu di sana saya pasti tidak bisa bantu apa-apa. Tapi, syukurlah saat sampai di sana sudah banyak orang yang membantu termasuk kolega saya di DPR RI yang lama tinggal di Makkah H. Mukhlisin dan Pak Lukman Menteri Agama.
Mbah Moen adalah satu di antara sedikit kiai yang saya kenal sejak kecil. Kiai yang selalu semangat bercerita bahwa keluarga kami adalah kerabatnya dan memanggil ayah saya dengan sebutan Pak Lek walaupun usianya jauh lebih tua.