Rahmad Sugianto, M.Pd
Pendidikan di abad ke-21 telah memasuki era revolusi 4.0, di mana paradigma penilaian institusi pendidikan tidak lagi bertumpu pada input atau output semata, tetapi pada dampak (impact) nyata terhadap masyarakat (Tilaar, 2012; OECD, 2018). Konsep ini dikenal sebagai School 4.0, sebuah fase yang menuntut lembaga pendidikan untuk bertransformasi menjadi pusat inovasi sosial, pengembangan karakter, dan kolaborasi global.
SMA Wachid Hasyim 2 Taman, sebagai lembaga pendidikan berbasis nilai keislaman dan keunggulan akademik, memiliki modal dasar yang sangat kuat untuk memasuki era ini. Sekolah ini telah menunjukkan keseriusan dalam membangun infrastruktur akademik, penguatan program keagamaan, serta inovasi pembelajaran berbasis teknologi informasi. Namun demikian, dalam kerangka School 4.0, ada beberapa hal yang perlu diperkuat.
Pertama, penguatan impact sosial. Menurut World Economic Forum (2020), institusi pendidikan 4.0 harus menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga mampu berkontribusi dalam menyelesaikan persoalan nyata di masyarakat. SMA Wachid Hasyim 2 Taman telah mengembangkan program Student Community Project di bidang literasi, lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat berbasis nilai-nilai islamiyah, sehingga keberadaannya dirasakan langsung oleh komunitas sekitar. Pada bidang literasi SMA Wachid Hasyim 2 Taman pada Tahun Ajaran 2024-2025 telah mengajak siswa dan guru dalam menulis melalui program Slow Living Ramadhan yang telah menghasilkan satu buku antologi guru dan 16 buku antologi siswa. Pada bidang lingkungan SMA Wachid Hasyim 2 Taman menerapkan beberapa kegiatan mulai dari MIJEL (Minyak Jelantah), aksi Gerakan Nyemplung Kali (GNK) bersih – bersih sungai, hingga Sekolah Hutan Wakaf (SHW). Pada bidang pemberdayaan masyarakat berbasis nilai – nilai islamiyah melalui progam School Religius Culture (SRC) serta mendapatkan predikat oleh Kementrian Agama Provinsi Jawa Timur sebagai sekolah favorit SRC 2024.
Kedua, integrasi ESG (Environmental, Social, Governance) dalam praktik pendidikan. Sejalan dengan perkembangan industri berbasis ESG (Eccles, Ioannou, & Serafeim, 2014), dunia pendidikan juga harus menginternalisasikan prinsip keberlanjutan dalam setiap aktivitasnya. SMA Wachid Hasyim 2 Taman telah memulai langkah ini melalui pengelolaan program ramah lingkungan di sekolah (seperti No Plastic Program, Tempat Sampah Organik dan Non Organik), pembelajaran berbasis proyek sosial, dan tata kelola sekolah yang akuntabel dan berkelanjutan.
Ketiga, transformasi budaya berpikir kritis dan kreatif. Dalam studi oleh Trilling dan Fadel (2009), disebutkan bahwa keterampilan abad 21, yaitu critical thinking, creativity, collaboration, dan communication (4C), menjadi penentu daya saing generasi muda di masa depan. SMA Wachid Hasyim 2 Taman akan memperluas implementasi pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) dan problem solving yang menekankan berpikir kritis, sekaligus menanamkan karakter islami sebagai pondasi etis dalam setiap aktivitas inovatif siswa.