Menginspirasi, Bukan Sekadar Mengajar: Tantangan Guru Abad 21

Moh. Faruq Abadi, M.Pd.I
Kepala SMK Yos Sudarso 2 Kendalpecabean Candi Sidoarjo

Dalam menghadapi era abad 21, peran guru mengalami perubahan mendasar. Tidak cukup hanya sekadar mengajar, guru dituntut untuk menjadi inspirator, seseorang yang mampu membangkitkan semangat, kreativitas, dan karakter siswa. Di tengah tantangan globalisasi, perkembangan teknologi, dan perubahan dunia kerja, guru harus mampu mengadaptasi diri agar relevan dan berdaya guna.

Guru abad 21 tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi. Kini, siswa dapat mengakses pengetahuan dari berbagai platform digital. Oleh karena itu, fungsi guru bergeser menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing pengembangan karakter. Tantangan terbesarnya adalah bagaimana menginspirasi siswa untuk berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan mampu berkolaborasi.

Kepala SMK Yos Sudarso 2 Kendalpecabean Candi, Moh. Faruq Abadi, M.Pd.I., menunjukkan contoh konkret bagaimana guru dapat menjadi inspirator. Beliau mendorong siswa untuk tidak hanya memahami teori, tetapi juga menguasai keterampilan praktis, seperti pembuatan aplikasi Android. Melalui program ini, siswa diajak untuk menciptakan solusi digital yang bermanfaat bagi masyarakat. Inisiatif ini tidak hanya meningkatkan kemampuan teknis siswa, tetapi juga menumbuhkan rasa percaya diri dan kreativitas, yang sangat dibutuhkan di era digital ini.

Tentunya, peran guru sebagai inspirator tidak akan optimal tanpa dukungan dari lembaga pendidikan. Ketua Yayasan Asnal Matholib, Dr. Joko Siswanto, M.Pd., memberikan dukungan penuh terhadap program-program inovatif yang dijalankan sekolah. Melalui penyediaan fasilitas, pelatihan guru, dan penguatan program kreatif, yayasan berperan penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendorong siswa berkembang secara maksimal. Sinergi antara guru, sekolah, dan yayasan menjadi pondasi kokoh dalam menghadapi tantangan pendidikan di abad ini.

Guru inspiratif juga harus mampu melihat potensi unik setiap siswa. Pembelajaran tidak bisa lagi bersifat seragam, tetapi harus mengakomodasi keberagaman minat, bakat, dan kebutuhan siswa. Pendidikan berbasis diferensiasi dan pembelajaran berbasis proyek menjadi pendekatan yang efektif dalam hal ini.

Baca Juga  Generasi Muda Memimpin: Tantangan dan Peluang dalam Dunia Pendidikan

Menjadi inspirator tentu bukan tugas mudah. Guru perlu terus mengembangkan kompetensi profesional, keterampilan sosial, dan kecerdasan emosional. Selain itu, sikap pembelajar sepanjang hayat (lifelong learner) menjadi keharusan, agar guru tetap mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

Dengan guru yang mampu menginspirasi, siswa tidak hanya akan menjadi pintar secara akademik, tetapi juga menjadi pribadi kreatif, inovatif, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tantangan global. Semangat perubahan yang dimotori oleh kepala sekolah dan didukung penuh oleh yayasan adalah contoh nyata bahwa pendidikan bermutu lahir dari kolaborasi yang kuat dan visi yang jelas.

Daftar Referensi:
 Trilling, B., & Fadel, C. (2009). 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times. Jossey-Bass.
 Kemendikbudristek. (2021). Profil Pelajar Pancasila. Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
 Robinson, K. (2015). Creative Schools: The Grassroots Revolution That’s Transforming Education. Viking.
 Fullan, M. (2001). The New Meaning of Educational Change. Teachers College Press.
 Hargreaves, A., & Shirley, D. (2009). The Fourth Way: The Inspiring Future for Educational Change. Corwin Press.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *