Ning Nur Millah Muthohharoh  : Menjadi Guru Al-Qur’an Ladang Amal yang Tak Pernah Kering

Avatar photo

SIDOARJO.nusidoarjo.or.id – Pengasuh Asrama Darul Qur’an Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah Mojogeneng, Jatirejo, Mojokerto, Nur Millah Muthohharoh memaparkan keutamaan menjadi guru Al-Qur’an. Hal tersebut ia sampaikan saat mengisi penataan metode qiroati yang diadakan oleh koordinator pendidikan Al-Qur’an metode qiroati cabang Sidoarjo pada Kamis (01/05/2025) di Gedung MWCNU Sidoarjo.

 Kita sebagai seorangm Muslim, seorang Mukmin yang beriman kepada Al-Qur’an, tentu harus benar-benar memahami apa artinya mengimani Al-Qur’an. Sayangnya, masih banyak orang yang menganggap cukup hanya dengan percaya bahwa Al-Qur’an itu Kalamullah—firman Allah. Padahal, itu saja tidaklah cukup,” katanya.

Dijelaskan perlu memiliki perhatian yang luar biasa terhadap Al-Qur’an. Sampai ada ungkapan dari para ulama Al-Qur’an: Al-Qur’an mashru’atul hayah—Al-Qur’an adalah proyek kehidupan. Ini bukan hadis, tapi ungkapan ulama yang menggambarkan bagaimana hidup seorang Muslim seharusnya senantiasa dalam naungan Al-Qur’an, dari lahir hingga wafat.

“Contohnya, di beberapa negara Afrika seperti Mauritania, anak-anak sudah dikenalkan Al- Qur’an bahkan sejak dalam kandungan. Ibunya rutin membaca Al-Qur’an saat hamil, memperdengarkan lantunan ayat-ayat suci, hingga setelah anak lahir pun yang pertama kali didengar bukanlah permainan, melainkan bacaan Al-Qur’an. Sejak awal kehidupan, anak sudah dikenalkan dengan Al-Qur’an terus-menerus,” ucapnya.

Bandingkan dengan kondisi di Indonesia. Kadang ada yang hanya pandai melagukan Al-Qur’an, namun bacaan sehari-harinya sangat minim. Ia hanya membaca ketika ada undangan atau acara tertentu. Tapi tetap saja disebut sebagai ahlul Qur’an. Padahal, siapa sebenarnya ahlul Qur’an itu? Ning Millah sapaan akrabnya bercerita dirinya pernah mengikuti pengajian yang disampaikan oleh seorang guru besar Al-Qur’an dari Mesir. Ia menjelaskan bahwa ahlul Qur’an itu bukan sekadar bisa baca, tapi benar-benar ahli.

Baca Juga  Komunitas NU Kultural, Menjadi Dasarnya NU struktural

“Ahli dalam membaca dengan baik dan benar, sesuai dengan cara Al-Qur’an diturunkan. Bahkan sampai belajar kepada puluhan guru agar bacaannya sesuai dengan riwayat yang sahih. Gurunya pun benar-benar menikmati perannya sebagai guru Al-Qur’an, dianugerahi oleh Allah,”jelasnya

Disebutkan ciri-ciri ahlul Qur’an itu antara lain, bacaannya bagus, hafal Al-Qur’an dengan mutqin atau mantap, tidak terputus-putus atau ragu-ragu. Seperti para imam Masjidil Haram di Makkah dan Madinah. Mereka memimpin salat berjamaah dengan jutaan makmum, tanpa gugup, karena hafalan mereka sudah sangat kuat.

“Lalu, mereka juga memahami bahasa Arab, sehingga mampu mentadabburi ayat-ayat yang dibaca. Mereka menjadi pengajar Al-Qur’an, dan lebih dari itu, mereka berakhlak dengan akhlak Al-Qur’an. Nah, yang seperti inilah yang layak disebut ahlul Qur’an, yang oleh Rasulullah disebut sebagai ahlullah—keluarga Allah,” tandasnya.

Writer: Boy ArdiansyahEditor: Mustain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *