PCNU Sidoarjo Gelar Peringatan Isra’ Mi’raj Bersama KH Said Aqil Siradj

banner 970x250
SIDOARJO – nusidoarjo.or.id | Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW 1446 Hijriah dipusatkan di Masjid KH Muhammad Hasyim Asy’ari, Komplek Kampus 2 Unusida Sidoarjo, Senin (27/01/2025).  Kegiatan tersebut dihadiri langsung oleh Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmat 2010-2021, KH Said Aqil Siradj.
Diketahui, peringatan Isra’ Mi’raj ini dihadiri oleh ratusan jamaah, dari seluruh elemen NU di Sidoarjo. Kegiatan ini menjadi rangkaian acara dalam memperingati Harlah ke 102 NU oleh PCNU Sidoarjo hingga akhir bulan februari mendatang.
Dalam tausiyahnya, kiai Said menyampaikan konsep masyarakat yang sempurna, seperti pada zaman Rasulullah. Ketika itu, Rasulullah SAW menggunakan konsep mutamaddin saat mengganti nama kota Yasrib menjadi kota Madinah yang dikenal hingga saat ini.
Ia menjelaskan, konsep masyarakat yang Mutamaddin merupakan istilah yang merujuk pada masyarakat yang berbudaya dan berkualitas atau juga dikenal sebagai masyarakat madani.
“Pada zaman Rasulullah, masyarakat Madinah dikenal sebagai masyarakat yang cerdas, tertib, aman, disiplin dan sejahtera,” ujarnya.
Menurutnya, dalam konsep mutamaddin ala Rasulullah merupakan gabungan antara aspek tsaqofah dan hadhoroh. Dengan konsep tersebut, Madinah dikenal menjadi kota yang berbudaya dan dapat memberikan pencerahan.
“Gabungan antara tsaqofah dan hadhoroh atau aspek hidup yang berkualitas ini dinamakan tamaddun. Masayarakatnya dinamakan mutamaddin,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menerangkan Tsaqofah adalah mewujudkan masyarakat yang intelektual, yaitu umat yang cerdas dan berpendidikan. Hadhoroh atau budaya masyarakat yang sejahtera, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah dalam memimpin kota Madinah.
Oleh karena itu umat Islam, khususnya warga NU, harus berpendidikan dan memperhatikan kesejahteraan ekonomi. Dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
“Cerdas itu wajib, maka bodoh hukumnya haram atau dosa. Pun kaya juga wajib, maka miskin hukumnya haram atau dosa,” terangnya.
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Said juga menekankan agar umat Islam memiliki sikap dermawan. Ia menyebutkan kisah sahabat Usman bin Affan yang pernah menyumbangkan 700 ekor unta untuk kepentingan umat.
“Kita harus belajar dari kedermawanan dari sahabat nabi Usman bin Affan. Maka orang NU harus loman, atau dermawan,” ujarnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Ats Tsaqofah ini mengingatkan bahwa pengurus NU juha harus aktif menguasai dan memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang moderat dan memperkuat ukhuwah Islamiyah, agar tidak mudah terprovokasi oleh narasi-narasi radikal yang berkembang di dunia maya saat ini.
“Kita tidak boleh menjadi korban dari teknologi yang merusak, atau terprovokasi oleh radikalisme dan liberalisme. Orang NU harus memiliki pertahanan yang kuat dengan menguasai media sosial dan internet,” ujarnya.
Sebagai penutup, ia menuturkan bahwa dalam membangun masyarakat yang mutamaddin, yaitu masyarakat yang beriman, beribadah, dan sejahtera merupakan perjuangan harus dilakukan bersama-sama antara ulama dan umara, yaitu pemerintah setempat.
“Allah memerintahkan umat Islam untuk menang, dan kita harus berjuang bersama untuk membangun masyarakat yang lebih baik,” tuturnya. (MY)
Baca Juga  Gelar Apel Kebangsaan, Ribuan Santri Mahika Sidoarjo Tampilkan Mozaik Logo Harlah 1 Abad NU

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *