Pentingnya Gelar Mabrur dalam Ibadah Haji

Haji Mabrur

SIDOARJO, NU Delta | Bulan Dzulhijjah selalu menjadi puncak penantian bagi jutaan umat Islam di seluruh dunia. Bulan haji ini, yang menjadi salah satu rukun Islam, adalah perjalanan spiritual monumental di mana jemaah berkumpul di Tanah Suci untuk menunaikan kewajiban suci. Namun, harus diakui, tidak semua yang melaksanakan ibadah ini mencapai tingkatan yang sama. Ada yang sekadar memenuhi rukun dan syarat, tetapi ada pula yang dianugerahi predikat mulia: haji mabrur.

Lantas, apa sesungguhnya makna haji mabrur yang didambakan setiap Muslim? Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW menegaskan keutamaan bagi jemaah haji yang meraih predikat ini :

الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ

Artinya: “Tidak ada balasan (yang pantas diberikan) bagi haji mabrur kecuali surga.” (HR. Bukhari)

Secara etimologi, al mabrur adalah isim maf’ul dari akar kata al birru, yang berarti kebaikan atau kebajikan. Dengan demikian, al hajjul mabruru dapat diartikan sebagai haji yang diberkahi dengan kebaikan dan kebajikan. Dari sisi istilah, haji mabrur merujuk pada haji yang diterima Allah SWT, yang kemudian berdampak pada kebaikan diri serta memberikan manfaat bagi orang lain.

Oleh karenanya, haji ini bukanlah sebuah anugerah yang datang begitu saja (given), melainkan sebuah pencapaian yang harus terus diusahakan tanpa henti. Usaha ini tidak hanya terbatas pada saat pelaksanaan ibadah haji itu sendiri, tetapi juga mencakup fase persiapan, saat menunaikan rukun, hingga pasca-haji. Pelaksanaan ibadah yang absah memang menjadi penentu sah tidaknya haji, namun diterima atau tidaknya, adalah mutlak urusan Allah.

Sangat penting untuk memahami bahwa mencapai haji mabrur membutuhkan tahapan, terutama dari aspek istitha’ah, yakni kemampuan secara fisik, mental, dan finansial. Keseluruhan proses ini membentuk fondasi bagi haji yang berkualitas.

Baca Juga  Ning Nur Millah Muthohharoh  : Menjadi Guru Al-Qur’an Ladang Amal yang Tak Pernah Kering

Dua Ciri Utama Haji Mabrur : Dermawan dan Santun

Oleh karena itu, dari sini dapat dijelaskan tentang dua ciri haji yang diterima, di antaranya :

Pertama, Dermawan dan Penebar Kedamaian. Hal ini didasarkan pada hadis riwayat Jabir ra., di mana Rasulullah SAW bersabda: “Haji mabrur, tidak ada balasan baginya melainkan hanya surga. Mereka bertanya, Wahai Nabiyullah apa itu haji yang mabrur? Beliau bersabda: Memberikan makanan dan menyebarkan salam.” (HR. Ahmad).

Ciri ini menekankan dimensi sosial ibadah haji, yaitu kepedulian terhadap sesama dan penyebaran kedamaian.

Kedua, Santun dalam Bertutur Kata. Dalam hadis lain, juga dari Jabir ra., Rasulullah SAW ditanya tentang haji mabrur, lalu beliau menjawab: “Memberikan makanan dan santun dalam berkata.” (HR. al-Hakim dan al-Baihaqi: Hadis ini sahih sanadnya namun tidak diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim).

Kesantunan dalam berbicara mencerminkan kualitas spiritual dan akhlak seorang haji yang mabrur.

Dengan demikian, makna mabrur dalam ibadah haji sangat penting dan menjadi tujuan utama bagi setiap jamaah haji. Semoga kita semua dapat menjalankan ibadah haji dengan mabrur dan mendapatkan ridho Allah SWT.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *