Penulis : Alfi Manzilatur Rokhmah
Setiap tanggal 22 April diperingati sebagai Hari Bumi Nasional. Apakah kamu sudah berperan menjaga keberlangsungan nafas untuk generasi mendatang? Apakah kalian merasakan bumi semakin panas? Apakah kalian merasakan curah hujan tidak sederas lima tahun yang lalu. Perubahan demi perubahan sudah terjadi perlahan seiring dengan gaya hidup manusia di muka bumi.
Pembangunan dimana-dimana, lahan hutan semakin mengecil, sampah plastik tidak terkontrol, semakin mendukung bumi lebih sakit. Untuk itu diperlukan kerjasama semua pihak agar bumi tercinta tidak semakin terseok-seok nafasnya. 22 April 2025 secara serentak seluruh lembaga pendidikan dibawah naungan Kementrian Agama melakukan gerakan tanam pohon matoa di lingkungan sekolah masing-masing.
Hal tersebut disambut positif oleh para warga sekolah. Pasalnya pohon matoa yang asalnya dari provinsi Papua, jarang ditemukan di wilayah Sidoarjo, Jawa Timur. Pohon matoa kaya akan nutrisi dan memiliki potensi sebagai obat tradisional, sedangkan kayunya untuk bahan bangunan atau kayu bakar. Buah matoa kaya akan vitamin C dan E, mineral seperti seperti kalsium dan kalium serta antioksidan seperti tanin. s
Buah matoa dipercaya dipercaya dapat membantu menurunkan kadar gula darah, menjaga kesehatan jantung, dan mencegah penyakit kanker. Kandungan antioksidan dalam buah matoa dapat membantu mencegah penuaan dini.
Mengajarkan kepada siswa-siswi di lingkungan sekolah mengenai pentingnya menjaga kesehatan bumi tidak sekadar materi yang diajar didalam kelas harus disertai aksi-aksi yang terlihat. Berikut beberapa tips merawat bumi di lingkungan sekolah:
- Bukan Sekadar Menanam Pohon Bersama-sama
Faktanya di hari bumi diwarnai dengan kondisi sampah menumpuk di tiap sekolah terutama saat jam istirahat. Meski sudah terpampang slogan BUANGLAH SAMPAH PADA TEMPATNYA rupanya itu masih kurang respek bila tidak diimbangi supervisi dari semua warga sekolah.
Benar sampah dibuang ditempat sampah, jika tempah sampah itu penuh apa yang terjadi? Penumpukan sampah dong. Pola masalah sederhana seperti inilah yang sering dilupakan jika ingin menumbuhkan jiwa peduli lingkungan.
- Kerjasama Semua Warga Sekolah Menciptakan Sekolah Hijau
Sekolah memiliki aturan BUANGLAH SAMPAH PADA TEMPATNYA. Itu artinya semua warga sekolah harus mematuhi aturan tersebut. misalnya: Memberikan himbauan sehari dalam sepekan tidak boleh membawa bekal dengan bungkus sekali pakai. Termasuk saat ada kegiatan sekolah meminimalisir penggunaan air minum dalam kemasan. Tidak menyediakan tisu, namun diganti dengan sapu tangan.
Kepedulian semua warga sekolah dimulai dari gotong-royong meminimalkan output sampah dari sekolah adalah misi paling sederha yang sangat mungkin dilakukan pada saat ini.
- Pilah Sampah-mu
Setelah berhasil melaksanakan misi meminimalkan sampah di lingkungan sekolah. Langkah selanjutnya ajak siswa-siswa memilah dan memilih mana sampah yang bisa didaur dan mana sampah yang tidak bisa didaur ulang. Misalnya membuat tong khusus sampah botol air kemasan sebagai tanda letak pembungan sampai air botol kemasan.