Peringati Muharram, Lembaga Seni NU Sidoarjo Gelar Pengajian Fikih Budaya

banner 970x250

SIDOARJO-Di tahun ke-2 kepengurusannya, Lembaga Seni Budaya Muslimin (Lesbumi) NU Cabang Sidoarjo menggelar Ngaji Budaya bertema Fiqih Kebudayaan. Kegiatan digelar untuk memperingati tahun baru Islam 1445 Hijriah.

Ketua Lesbumi NU Sidoarjo Akhmad Anis Fahmi menjelaskan, bagi Lesbumi momen Muharram harus diperingati dengan kegiatan kebudayaan yang positif. Di tahun ini peringatannya adalah Ngaji Fikih Kebudayaan.

“Kata orang-orang kalau Muharram atau Sura itu waktunya ngumbah (mencuci atau memandikan) Keris. Tetapi di Lesbumi kita gelar pengajian tentang kebudayaan,” terang Fahmi saat ditemui di Kantor PCNU Sidoarjo, Ahad (30/7/2023) malam.

Gelaran yang ditempatkan di kantor PCNU Sidoarjo itu menghadirkan dua orang penyaji. Penyaji pertama yakni Ki Surono Gondo Taruno, seorang seniman pedalangan dan pemateri kedua adalah K.H. Abdi Manaf Sholeh (Gus Manaf).

Ki Surono menyampaikan kajian tentang Wayang Mualaf. Sementara Gus Manaf menjelaskan beberapa kajian fikih, salah satunya Fikih Kebudayaan.

Dalam kajiannya Ki Surono menjelaskan tentang bentuk Wayang yang sesuai dengan sariat Islam. Selain itu, Wayang mengandung unsur yang diperlukan dalam pembentukan karakter.

“Bentuk Wayang ini sudah sangat Islami, apalagi ditambah dengan makna yang terkandung di dalamnya. Seperti, kenapa ada perut Wayang yang kecil yang berarti karakternya senang berpuasa dan sebagainya,” terang Ki Surono.

Sementara itu, Gus Manaf menyampaikan bahwa ada Fikih Kebudayaan yang berlaku di Indonesia. Orang yang menjalankannya adalah para Walisongo.

“Walisongo ini dakwahnya melebur dengan budaya, dan itu sangat penting meskipun sulit,” terang Gus Manaf.

Pasalnya, lanjut Gus Manaf, sebelum Walisongo hadir, masyarakat di Indonesia telah memiliki peradaban dan budaya. Untuk bisa berhasil mendakwahkan Islam maka perlu adanya akulturasi atau peleburan.

Baca Juga  Meriahnya Karnaval RA-MI Miftahul Ulum Balongmacekan Tarik

“Lesbumi ini, jika ditimbang, pahalanya lebih berat dari pada Lembaga di NU lainnya, karena dakwahnya seperti Walisongo,” tegas Gus Manaf.

Selain itu, karena media dan objek dakwahnya berbeda dengan pengajian pada umumnya. Hal itu tercermin saat jemaah yang hadir pada acara Ngaji Budaya yang merupakan para seniman, budayawan, hingga paguyuban waria Sidoarjo.

Acara Ngaji Budaya juga menjadi acara pra Sidobudoyo yang rencananya digelar di Alun-alun pada 19 hingga 27 Agustus mendatang.

Fahmi mengatakan, kegiatan Ngaji Budaya merupakan usaha menguatkan karya dan pemikiran. Karena di sela-sela pengajian ada alunan musik dan puisi yang ditampilkan.

“Lesbumi tidak akan kuat jika hanya ditopang dengan kekuatan karya seni saja tanpa adanya kekuatan pemikiran,” pungkas ketua Lesbumi 2021-2026 itu.

Pewarta: Fahmi

Editor: Emzed Ef

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *