Penulis : Irwan Adi Putra
Setiap Muslim pasti memiliki impian yang sama—menyentuh tanah suci, bersujud di hadapan Ka’bah, dan merasakan ketenangan spiritual yang luar biasa di Baitullah. Bagi kami, itu bukan sekadar angan-angan, tetapi doa yang terus kami panjatkan dengan penuh harapan. Alhamdulillah, di bulan suci Ramadhan ini, Allah mengabulkan doa kami. Perjalanan spiritual yang dulu hanya sebatas mimpi, kini menjadi kenyataan yang tak tergambarkan dengan kata-kata.
Dari Doa dan Harapan Hingga Langkah Pertama ke Tanah Suci
Ramadhan selalu menjadi bulan yang istimewa, penuh keberkahan dan rahmat. Tahun ini, keberkahan itu terasa begitu nyata ketika kami akhirnya melangkahkan kaki menuju perjalanan suci ke Baitullah. Perasaan haru dan bahagia menyelimuti hati saat pesawat yang kami tumpangi mendarat di Tanah Suci.
Dari bandara, perjalanan menuju Makkah terasa begitu menggetarkan jiwa. Setiap langkah mendekatkan kami kepada Ka’bah, rumah Allah yang selama ini hanya kami lihat dalam doa dan impian. Saat memasuki Masjidil Haram dan melihat Ka’bah untuk pertama kalinya, air mata tak terbendung. Kami berdiri di hadapan rumah suci-Nya, merasakan betapa kecilnya diri ini di hadapan kebesaran Allah SWT.
Menjalankan Umroh dengan Penuh Kekhusyukan
Dengan mengenakan ihram, kami memulai rangkaian ibadah umroh. Kami thawaf mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali, melantunkan doa dan dzikir dengan penuh harapan dan ketundukan. Setiap putaran adalah ungkapan rasa syukur, permohonan ampunan, dan harapan agar Allah selalu membimbing langkah kami.
Setelah thawaf, kami melaksanakan shalat di Maqam Ibrahim, tempat di mana jejak Nabi Ibrahim AS masih terabadikan. Kemudian, kami meminum air zamzam, air penuh berkah yang telah mengalir sejak zaman Nabi Ismail AS. Rasanya begitu menyegarkan, bukan hanya bagi tubuh, tetapi juga bagi hati dan jiwa kami.
Perjalanan dilanjutkan dengan sa’i, berlari kecil antara bukit Shafa dan Marwah, mengenang perjuangan Siti Hajar dalam mencari air untuk putranya. Kami merenungi betapa besar ketabahan dan keikhlasan seorang ibu, serta betapa pentingnya tawakal kepada Allah dalam setiap langkah kehidupan.
Malam Nuzulul Qur’an di Baitullah: Momen yang Paling Dinanti
Keistimewaan Ramadhan semakin terasa ketika kami beribadah di Masjidil Haram pada malam Nuzulul Qur’an. Malam itu, ribuan jamaah memenuhi setiap sudut masjid, melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan penuh kekhusyukan.
Di tengah lautan manusia yang beribadah, kami merasakan ketenangan yang begitu mendalam. Suasana Masjidil Haram dipenuhi dengan cahaya iman, lantunan doa yang menggetarkan hati, serta harapan yang terus terpanjatkan.
Kami melaksanakan shalat malam dan bermunajat kepada Allah, memohon ampunan, keberkahan hidup, serta keteguhan iman. Malam itu adalah malam yang paling berharga dalam hidup kami, di mana kami merasa begitu dekat dengan Sang Pencipta.
Merindukan Baitullah, Berharap Kembali Lagi
Ketika tiba waktunya meninggalkan Baitullah, hati terasa berat. Kami menatap Ka’bah untuk terakhir kalinya sebelum thawaf wada’, dengan doa agar suatu hari Allah kembali memanggil kami ke rumah-Nya.