Perseteruan antara ilmu dan hikmah dalam al Qur’an

Meskipun posisi ilmu tidak setinggi hikmah, akan tetapi ia merupakan pintu pertama untuk menuju kesana.

“Barang siapa yang diberi hikmah, maka sungguh ia telah dianugerahi kebaikan yang tak terhitung” kata ayat ke 269 dalam surat Al-Baqarah.

Pada ayat lain, Al-Qur’an cenderung menomor duakan posisi ilmu karena bagaimanapun mahalnya ilmu pengetahuan, ia tetap terjerat dalam tempurung keterbatasan.

“Dan kalian tidaklah diberi ilmu pengetahuan kecuali hanya secuil ” kata ayat ke 85 surat perjalanan (al-Isra’).

Karena keterbatasan kuota ilmu, Allah memerintahkan Nabi untuk berdoa memohon guyuran tambahan ilmu yang di maklumatkan pada ayat ke 114 surat Taha :

“Dan katakanlah : Robbi Zidni ilma , mohon tambah kan padaku ilmu yang bermanfaat,”

Dan bagi mereka yang kehabisan kuota ilmu dan membutuhkan pencerahan, Allah memerintahkan untuk bertanya pada “ahli dzikir” sebagaimana sabda ayat ke 43 dalam surat lebah (nahl) :

فسألوا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَۙ

Bertanyalah pada ahli dzikir jika perbendaharaan ilmu pengetahuan kalian habis. Beberapa tafsir, mengatakan bahwa ahli dzikir adalah ahli Qur’an.  Hikmah akan terbangun dari reruntuhan puzzle – puzzle ilmu yang hanya secuil itu. Karena ilmu mempunyai sifat api, ia mudah menyengat, mengubah suhu udara, dan bahkan melukai diri sendiri. Sedangkan hikmah membawa sifat air yang bisa mengurangi tensi panas nya ilmu.

Perdebatan, kegaduhan, perselisihan adalah produk olahan dari koki yang bernama” ilmu pengetahuan “. Sedangkan ketenangan, kelapangan, dan penerimaan adalah menu utama hasil racikan Chef yang bernama ” hikmah”.

Semoga kita diberi kemampuan untuk “mengawinkan ” keduanya.

Baca Juga  Wakil Ketua Aswaja NU Sidoarjo : Terimalah Pasangan Apa Adanya
Writer: Muhammad Sholah Ulayya.Editor: Boy Ardiansyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *