Oleh: Artika Rusydiana Devi (Mahasiswi Prodi PGMI Unusida)
Saat penulis sedang berbincang-bincang dengan rekan sebaya, membicarakan tentang sebuah scene film, beberapa orang teman teringat salah satu scene dari film Dilan, Dilan mengatakan kepada gurunya bahwa “Guru itu digugu dan ditiru”. Kata-kata tersebut mengingatkan penulis akan hakikat guru yang sebenarnya, selaras dengan falsafah Jawa yang memiliki arti sama dengan yang di atas. Kemudian, setelah berkembangnya era dan banyak dari para kaum intelektual yang mengkaji ulang tentang Pendidikan, makna guru sendiri menjadi meluas, yang awalnya guru sebagai seseorang yang menjadi role model dan dicontoh bagi para anak didiknya, menjadi guru sebagai motivator, pembimbing, dan pendamping bagi anak didiknya. Tidak hanya pada kegiatan belajar mengajar saja tetapi dalam segala aspek kehidupan intelektual anak didiknya.
Lalu bagaimana jika seorang guru tidak dapat menjalankan perannya sebagai motivator, pembimbing, dan pendamping bagi anak-anak didiknya?. Pada satu kasus dimana seorang guru tidak dapat berperan sebagai motivator maupun pembimbing bagi anak didiknya. Ia gagal dalam membimbing dan menumbuhkan perasaan anak didiknya untuk terus berlatih dan belajar serta berusaha lagi dalam usahanya meraih target kurikulum.