Representasi Cinta Terhadap Rasulullah SAW Dengan Mengagungkan Maulidnya

Oleh: Artika Rusydiana Devi (Mahasiswi Prodi PGDS Unusida)

Tahun Hijriyah 1445 sudah memasuki bulan Rabi’ul Awal. Pada bulan ini terdapat satu hari yang sangat istimewa, dimana pada hari itu dilahirkan seorang insan mulia, pemimpin dan akhir para utusan, pembimbing, teladan, serta pemberi syafa’at bagi umatnya., yaitu kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaii wa sallam. Kelahiran beliau atau yang umum disebut dengan maulidan sangat ditunggu-tunggu umat Islam di seluruh dunia. Pada 570 M, bertepatan dengan tahun gajah, detik-detik kelahiran beliau, alam semesta menunjukkan kebahagiaannya dengan tanda-tanda kebesaran-Nya, begitu pula dengan umat manusia di segala penjuru di dunia.

Maulid nabi dari dulu sampai saat ini sangat ditunggu-tunggu oleh umat Islam. Maulid nabi digelar oleh umat Islam setiap tahunnya dengan meriah dan besar-besaran sebagai bentuk rasa syukur dan mengekspresikan rasa cintanya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘laihi wa sallam yang telah membawa dan menyebarkan agama Islam. Maulid juga sebagai ajang perlombaan untuk mendapat pahala berupa syafa’at sebanyak-banyaknya dengan cara memperbanyak membaca shalawat, menggelar maulid, meniatkan semua pekerjaan atas dan untuk baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Rasulullah pernah bersabda:

من أحيا ذكرى ميلادي وجبت له شفاعتي يوم القيامة

“Barangsiapa menghidupkan hari ulang tahunku, maka wajib baginya syafa’atku di hari kiamat”

Maulidan bukan hanya sekedar acara pertemuan, lalu pulang membawa berkatan. Maulidan adalah majelis yang di dalamnya memuji Rasulullah, membaca shalawat kepada Rasulullah, mengharap syafa’at Rasulullah, majelis yang penuh dengan barokah, dan tentunya majelis yang selalu didatangi oleh Rasulullah. Maka dari itu, bukan suatu kerugian jika kita menghadiri dan menghidupkan hari kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Nabi yang sudah sangat dirindukan kehadirannya dan sangat dicintai.

Baca Juga  Perseteruan antara ilmu dan hikmah dalam al Qur'an

Aneh rasanya jika acara semacam ini harus dibid’ahkan atau bahkan disesatkan hanya karena tidak ada contoh dan dalil spesifik dari Hadits maupun Al-Qur’an. Memang benar bahwa maulid Nabi bukanlah sebuah ibadah menurut esensinya, karena memang bukan suatu ibadah tersndiri sebagaimana shalat atau puasa baik wajib maupun sunnah. Akan tetapi konten-konten yang tersedia dalam pagelaran acara maulid nabi bukan merupakan hal yang negatif atau bahkan hal yang haram. Maulid nabi berisikan lantunan pujian kepada Nabi Muhammad Shallalahu alaihi wasallam, berisikan pembacaan kisah-kisah kelahiran Rasulullah dan kisah masa kecil beliau, bahkan maulid nabi berisikan kegiatan sosial berupa sedekah dan berbagi rizki berupa makanan dan buah-buahan.

Sungguh aneh jika seseorang memuji Nabinya dan membuatkan suatu perayaan untuk Nabinya dengan suasana yang gembira dan bahagia dibid’ahkan dan disesatkan oleh sebagian kelompok muslim yang ekstrim yang hanya berlandaskan pemahaman teks leterlek yang jauh dari kata benar menurut common sanse mayoritas muslim global.

Mencintai Rasulullah adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim, bagaimana jika dia tidak mencintai Nabinya sedangkan Rasulullah adalah Top Figure, Top Leader, trend setter, dan pusat percontohan bagi setiap muslim baik dahulu hingga akhir zaman, mencintai Rasulullah tidak memerlukan dalil tertentu karena cinta itu tidak bisa direpresentasikan hanya dengan formalitas dalil saja, akan tetapi cinta itu merupakan bentuk perasaan bahagia dan gembira yang muncul ketika yang dicintai disebut dan dipuji. Tidak ada kesalahan jika seorang muslim merepresentasikan cintanya kepada Rasulullah dengan memeringati hari lahirnya karena dia mengenang kebahagiaan dan kegembiraan lahirnya makhluk Allah yang paling mulia di seluruh semesta alam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *