Revitalisasi Pendidikan Karakter Menjawab Krisis Etika Generasi 5.0

Oleh : Ifa Ratnasari,S.Sos.I,S.E

Di era Revolusi Industri 5.0, perkembangan teknologi dan kecerdasan buatan semakin pesat. Generasi muda kini hidup dalam dunia yang serba digital, cepat, dan penuh tantangan. Namun di balik kemajuan itu, muncul keprihatinan besar: krisis etika. Banyak orang tua dan pendidik mengeluhkan menurunnya sikap hormat, tanggung jawab, empati, dan kepedulian sosial pada anak-anak. Di sinilah pentingnya revitalisasi pendidikan karakter sebagai jawaban atas krisis etika generasi 5.0.

Pendidikan karakter bukan hal baru, tetapi kini menjadi sangat mendesak. Dalam Islam, membentuk akhlak yang mulia adalah misi utama pendidikan. Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Ahmad)

Hadis ini menegaskan bahwa akhlak, atau karakter, adalah fondasi utama dalam membangun peradaban. Maka pendidikan bukan sekadar mengejar nilai akademik, tetapi juga membentuk pribadi yang berintegritas, jujur, santun, dan bertanggung jawab.

Generasi 5.0 sangat cerdas secara digital, tetapi sering kali lemah dalam keterampilan sosial dan kontrol emosi. Mereka lebih banyak berinteraksi lewat layar daripada tatap muka, lebih akrab dengan gawai daripada dengan keluarga. Dalam kondisi ini, peran orang tua sangat vital. Rumah adalah sekolah pertama, dan orang tua adalah guru utama. Oleh karena itu, revitalisasi pendidikan karakter harus dimulai dari rumah.

Beberapa solusi efektif yang bisa dilakukan orang tua antara lain:
1. Menjadi Teladan yang Baik
Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat. Jika orang tua bersikap jujur, santun, dan bertanggung jawab, anak akan menirunya. Jangan hanya menasihati, tetapi tunjukkan melalui tindakan.

2. Membangun Komunikasi Positif
Seringlah berdialog dari hati ke hati dengan anak. Dengarkan keluh kesah mereka tanpa menghakimi. Komunikasi yang baik akan mempererat hubungan dan mencegah anak mencari pelarian ke hal negatif.

Baca Juga  FILOSOFI : Berpikir Kritis, Bukan Sekedar Teknik Intelektual

3. Membatasi dan Mengarahkan Penggunaan Teknologi
Berikan batasan waktu dalam menggunakan gawai, dan ajarkan etika digital. Dampingi anak saat mengakses internet, serta arahkan pada konten yang mendidik dan membangun karakter.

4. Menanamkan Nilai Keagamaan dan Sosial Sejak Dini
Ajak anak untuk rajin beribadah, menghargai sesama, serta peduli terhadap lingkungan sekitar. Kegiatan seperti salat berjamaah, berbagi dengan sesama, atau mengikuti kegiatan sosial bisa menjadi latihan empati yang efektif.

5. Memberi Apresiasi dan Teguran yang Mendidik
Beri pujian saat anak menunjukkan perilaku baik, dan berikan teguran dengan kasih sayang saat anak berbuat salah. Hindari kekerasan verbal atau fisik.

Revitalisasi pendidikan karakter adalah upaya bersama antara sekolah, masyarakat, dan terutama keluarga. Dengan membangun karakter yang kuat, anak-anak kita tidak hanya siap menghadapi tantangan era 5.0, tetapi juga menjadi generasi yang berakhlak mulia dan membawa perubahan positif bagi bangsa dan agama.

Sebagaimana firman Allah SWT:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…”
(QS. At-Tahrim: 6)

Ayat ini menjadi pengingat bahwa orang tua memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik karakter anak-anaknya. Mari bersama-sama kita hidupkan kembali nilai-nilai moral dalam keluarga, demi membangun generasi yang unggul secara intelektual dan spiritual. – Read: Ifa.R-_

Writer: Ifa RatnasariEditor: Boy Ardiansyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *