SIDOARJO-SMK Plus NU Sidoarjo berupaya agar siswa lulusannya siap terjun dalam dunia kerja. Itu dilakukan dengan menggelar Job Matching dan Penyuluhan Bimbingan Jabatan untuk para siswa kelas XII, Rabu (9/11/2022) lalu.
Dalam acara yang bekerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja (Disnaker Sidoarjo) ini, sejumlah perusahaan yang ada di Sidoarjo datang ke SMK Plus NU. Selain itu, juga diikuti sejumlah pencari kerja.
“Materi penyuluhan dalam Job Matching ini berupa pengetahuan sebelum dan sesudah masuk dunia kerja. Baik bekerja di dalam maupun di luar negeri. Target kami sebelum siswa dan siswi lulus kami menyiapkan bimbingan. Upaya ini agar sebisa mungkin lulusan dari sekolah kami tidak menganggur,” cetus Kepala SMK Plus NU Sidoarjo, Nur Muchamad Sholichuddin.
Ia menambahkan, dalam penyuluhan ini disiapkan beberapa materi yang diberikan ke peserta didik kelas XII. Sejumlah materi itu diantaranya sistem antar kerja dalam jaring info lowongan kerja, antar kerja lokal, antar kerja daerah dan antar kerja antar negara.
“Jadi siswa dan siswi kami tidak hanya dipersiapkan untuk bekerja di industri lokalan daerah. Tetapi juga disiapkan untuk bekerja diluar negeri,” jlentreh Cak Sholeh, panggilan karib Nur Muchamad Sholichuddin.
Hal yang sama disampaikan Ketua BPPNU Walisongo, Anis Khoiriyah. Menurutnya, salah satu potensi yang dibuktikan SMK Plus NU Sidoarjo itu, sebelum lulus siswa dan siswinya sudah diterima bekerja di beberapa perusahaan.
Terbanyak diterima di apotek. Selain itu, ada pula lulusan yang lolos seleksi menjadi tenaga kesehatan di Jepang.
“Ini menunjukkan SMK Plus NU meski berstatus sebagai pelajar (karena belum lulus), mereka sudah memiliki kemauan dan kemampuan untuk bekerja di dalam dan di luar negeri. Bahkan sebagian mereka ada yang bisa hidup mandiri dengan menjadi enterpreneur sejak aktif masuk sekolah,” tegasnya.
Sementara Sekretaris Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Sidoarjo, Happy Setyaningtyas menegaskan peserta didik dan alumni SMK harus memiliki kompetensi lebih. Bahkan lulusan harus tidak hanya siap bekerja tapi juga harus siap membuka usaha dengan berwirausaha.
“Karena sekarang ini menuntut multi kemampuan dan keterampilan (skill). Kalau ingin berwirausaha maka bekalnya tidak cukup dengan hanya bisa memproduksi, tetapi juga harus memiliki kemampuan promosi, packaging, mengerti pasar dan lain-lainnya,” paparnya.
Karena itu, Happy mengapresiasi keberadaan sekolah vokasi seperti SMK yang tidak lagi menyumbang pengangguran terbesar. Alasannya, data terbaru yang menyumbang pengangguran di Sidoarjo adalah lulusan SMA, bukan SMK.
“Kami mendorong lulusan SMK untuk berinisiatif membuka usaha mandiri. Karena data terbaru di Disnaker Sidoarjo ada 172 perusahaan di Sidoarjo yang kolaps (pailit) alias bangkrut. Selain itu, ada 145 perusaan hengkang (pindah) dari Sidoarjo memilih ke daerah lain yang nilai UMK-nya jauh lebih rendah dari Sidoarjo. Fenomena ini harus dipertimbangkan,” tandasnya.
Pewarta: Mustain
Editor: Emzed Ef