Sarung dan Cincin: Catatan Riang dan Ringan dari Peringatan Hari Santri 2023

banner 970x250

Oleh : Ahmad Inung

Salah satu sisi semarak Hari Santri 2023 yang baru saja diperingati adalah peneguhan sarung sebagai identitas santri. Begitu pentingnya sarung dalam Peringatan Hari Santri tahun ini sampai diadakan malam Sarung Santri Nusantara, berupa peragaan berbagai motif sarung se-Nusantara.

Untuk menunjukkan kehebatan sarung, Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf, dalam sambutannya, memaknai sarung sebagai simbol kemanusiaan universal, keragaman bangsa, dan semangat istiqamah sekaligus dinamika untuk terus bergerak maju.

Mengapa sarung dimaknai Gus Yahya, panggilan akrabnya, seperti ini? Dia menjelaskan bahwa sarung sebetulnya banyak digunakan oleh orang-orang di berbagai negara. Bukan hanya orang Indonesia yang memakai kain sebagai penutup tubuh bagian bawah, yang di Indonesia disebut sarung. Karena itulah, sarung sebetulnya mencerminkan sisi universalitas kemanusiaan. Sarung juga dimaknai sebagai simbol keragaman bangsa karena sarung tidak hanya digunakan oleh umat Islam di wilayah Nusantara, tapi juga orang-orang non-Muslim.

Sementara, sarung dimaknai sebagai semangat istiqamah karena bentuk sarung sejak dulu hingga kini tidak berubah. Sarung sejak dulu tetap seperti itu. Beda dengan celana panjang, misalnya. Model celana panjang selalu berubah-ubah. Sedangkan, model sarung sejak dulu hingga kini tetap sama, yaitu kain panjang yang kedua ujungnya dijahit menyatu sehingga berbentuk seperti tong.

Baca Juga  Penolakan Pendirian Yayasan Majelis Tafsir Al-Qur'an di Kelurahan Urangagung Sidoarjo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *