Penulis Moh. Faruq Abadi, M.Pd.I (Kepala SMP Terpadu Al Mubarokah Porong Sidoarjo)
Kegiatan karya wisata atau study tour dilarang di beberapa daerah Indonesia. Saat ditanya mengenai study tour sekolah, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti tak melarang kegiatannya. Namun, ia mewanti-wanti sekolah untuk menjaga keamanan siswa hingga kendaraan jika akan melaksanakan study tour. “Study tour itu sebenarnya kan bagian dari program sekolah yang memang dimaksudkan untuk mereka memiliki pengalaman dengan melakukan kunjungan ke berbagai institusi dan ke berbagai tempat,” kata Mu’ti saat saat ditemui di Gedung A Kemendikdasmen, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat pada Senin (24/3/2025).
Kegiatan study tour atau kunjungan edukatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran di luar kelas yang banyak digemari siswa. Melalui study tour, siswa dapat memperluas wawasan, mengamati langsung objek pembelajaran, serta meningkatkan keakraban antar siswa dan guru. Namun, kegiatan ini juga memiliki risiko jika tidak direncanakan dengan matang. Beberapa insiden yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir menjadi peringatan penting bahwa aspek keselamatan harus menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, sekolah wajib memahami tiga syarat utama agar pelaksanaan study tour berjalan aman dan bermanfaat.
- Jangan Jadikan Study Tour sebagai Rutinitas
Salah satu kekeliruan yang sering terjadi adalah menjadikan study tour sebagai agenda rutin tahunan tanpa evaluasi mendalam. Ketika kegiatan ini dilakukan hanya karena “tradisi”, tujuan edukatifnya sering kali diabaikan. Padahal, study tour seharusnya memiliki keterkaitan langsung dengan materi pembelajaran dan kurikulum yang sedang dipelajari siswa.
Sekolah perlu menyusun rencana kegiatan yang didasarkan pada kebutuhan pembelajaran. Misalnya, siswa jurusan Tata Boga dapat mengunjungi industri makanan, sedangkan siswa jurusan Teknik dapat melihat proses produksi di pabrik. Selain itu, evaluasi kegiatan tahun sebelumnya harus menjadi acuan untuk perbaikan. Dengan cara ini, study tour bukan hanya sekadar rekreasi, tetapi benar-benar menjadi pengalaman belajar yang bermakna.
- Perhatikan Kondisi Bus yang Dipakai
Transportasi merupakan elemen krusial dalam study tour. Banyak insiden terjadi akibat kelalaian dalam memilih armada transportasi. Sekolah harus bekerja sama dengan pihak penyedia jasa transportasi yang terpercaya dan memiliki reputasi baik. Kondisi kendaraan harus dicek terlebih dahulu, termasuk kelayakan rem, ban, lampu, serta fasilitas keselamatan seperti sabuk pengaman dan palu pemecah kaca.
Sangat disarankan untuk meminta bukti perawatan rutin kendaraan serta surat-surat kendaraan seperti STNK dan izin trayek. Sopir juga harus dipastikan memiliki surat izin mengemudi yang sesuai dan tidak dalam kondisi kelelahan. Jika memungkinkan, pihak sekolah dapat melakukan survei langsung ke garasi atau bengkel mitra transportasi tersebut.
- Guru Harus Selalu Mengawasi Siswa
Aspek pengawasan tidak boleh diabaikan. Guru tidak cukup hanya menjadi pendamping, tetapi juga harus aktif mengawasi siswa sejak keberangkatan hingga kepulangan. Pembagian kelompok kecil dengan satu guru sebagai penanggung jawab dapat memudahkan pengawasan. Setiap guru perlu memiliki daftar siswa yang diawasi, kontak darurat, serta komunikasi yang intens dengan sesama pendamping.