Shakespeare, Memilih Hidup Sederhana

Oleh: Dr. Heru Siswanto, M.Pd.I*

Setiap perjalanan hidup menyimpan segala keunikan tersendiri. Tantangan demi tantangan selalu hadir menemani dan menghampiri kita.

Namun dibalik tantangan tersebut, sebetulnya kita memiliki kekuatan untuk menghadapinya secara seksama. Sebab sesuai dengan fitrahnya, setiap manusia dibekali potensi yang cukup memadai.

Dan, menjadi suatu karakter dasar manusia adakalanya potensi tersebut dengan bangganya diperlihatkan kepada antar sesama atau malah sebaliknya disimpan secara rapi, dengan memilih jalan hidup yang sederhana.

Dalam hal ini, mengingatkan kita akan nasihatnya Shakespeare yang terdengar sederhana, namun menyimpan pilihan dan strategi hidup yang halus dalam menyikapinya, tajam analisisnya, tepat sasarannya.

Berpijak pada suatu warna dalam kehidupan saat ini, dengan semakin majunya teknologi menyebabkan dunia semakin memiliki varian rasa yang berbeda-beda. Yakni, mulai dari semakin ramainya pamer peran, kepemilikan, kekuasaan dan seterusnya atau sebaliknya. Namun, dibalik itu semua tampil hidup sederhana justru bisa jadi bentuk kekuatan tersendiri.

Ingat, dengan menyimpan kelebihan kita dan tidak terburu-buru mengumbarnya dihadapan khalayak akan memberikan skala ruang untuk kejutan menggapai makna hidup yang sesungguhnya.

Bahkan dalam hal ini, bisa memberikan perlindungan terhadap diri kita, secara tidak langsung. Ibaratnya seperti pisau yang ter-asah tajam tapi disimpan dalam sarungnya. Yakni, kita tidak banyak berbicara, akan tetapi kita siap ketika dibutuhkannya.

Dengan berbicara lebih sedikit dari yang kita tahu bukan berarti menyembunyikan pengetahuan. Akan tetapi menunjukkan kebijaksanaan dalam menyikapi kehidupan.

Menjadi suatu pelajaran dalam hidup kita, orang yang bijak tidak sibuk membuktikan bahwa dirinya pintar di setiap kesempatan yang ia miliki. Ia tahu persis kapan waktunya harus bicara, dan kapan waktunya harus diam. Sebab diam yang tepat, seringkali lebih memiliki kekuatan dari pada seribu argumen yang tidak jelas arah dan ujungnya.

Baca Juga  Dikritik Fatayat NU Sidoarjo, Larangan Jilbab Kini Dihapus Presiden Jokowi

Dalam kamus kehidupan, sering kali mereka yang tenang dan tampak biasa-biasa saja justru menyimpan paling banyak kekuatan, pengetahuan, dan tawaran solusi yang bijak.

Sedangkan bagi mereka yang paling senang berteriak-teriak dan suka cari keributan, biasanya sedang berusaha menutupi sesuatu dengan berharap agar yang lain tidak mengetahui kekurangannya.

Simpulnya, Jika kita merasa tahu lebih, tidak perlu merasa harus selalu terlihat lebih dalam setiap kesempatan. Kita harus selalu ingat, diam itu bukan berarti kalah loh…kadang diam itu adalah salah satu pertanda kita sudah jauh lebih dari yang mereka tunjukkan…. he. he. he

Semuanya ada saatnya, untuk menunjukkan eksistensi diri sesuai dengan tempatnya dan tepatnya….

Semoga Bermanfaat…..

*Ketua Program Studi dan Dosen PAI-BSI (Pendidikan Agama Islam-Berbasis Studi Interdisipliner) Pascasarjana IAI Al-Khoziny Buduran; Dosen PAI-Terapan Poltek Pelayaran Surabaya; Pengasuh Balai Peduli Pendidikan Indonesia; Pengurus Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama PCNU Sidoarjo; Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama MWCNU Krembung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *