Berita  

Sistem “Imaroh”: Solusi Menghadapi Tantangan NU Abad Kedua

banner 970x250

SIDOARJO – Menurut Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf, dengan merujuk pada hasil survey terbaru tahun 2022, bahwa sebesar 59,02 persen penduduk muslim Indonesia mengaku NU. Hal itu disampaikan dalam sambutannya pada moment rapat koordinasi persiapan resepsi 1 abad NU yang digelar Selasa lalu, 15 Nopember 2022, di Hall Muzdhalifah Asrama Haji Sukolilo.

KH Yahya Kholil Staquf atau yang biasa disapa Gus Yahya menegaskan, bahwa sebagai pengurus NU, sebagai pengampu Jamiyah NU, tidak boleh melihat besarnya jumlah warga NU sebagai aset, yang lantas dimanfaatkan.

“Kita harus memandang kebesaran warga NU sebagai tanggung jawab yang harus dipikul. Tanggung jawab terhadap warga yang sekian banyaknya dengan segala macam hajatnya, dengan setiap aspirasinya,” tandasnya.

Ia juga menyampaikan, untuk mewujudkan tanggung jawab tersebut, NU harus menemukan model pengorganisasian dan manajemen yang baik, yang punya kapasitas untuk mengelola dan mengurus warga yang sekian banyaknya. Oleh sebab itu, sebagaimana arahan Rais Aam, KH. Miftahul Akhyar, jamiyah NU harus dikembangkan menggunakan pola sistem “Imaroh”.

“Sistem ‘Imarah’ (pemerintahan) ini bukanlah pemerintahan negara, tapi pemerintahan di lingkungan NU sendiri,” jelasnya.

Gus Yahya menekankan kepada semua peserta rakor, bahwa untuk mewujudkan hal itu, semua pengurus NU harus memahami dan menyadari bahwa kedudukannya adalah sebagai ulil amri (penanggung jawab urusan umat). Setelah bangunan sistem terbangun, maka tugas seluruh pengurus selanjutnya adalah, bagaimana struktur Imaroh ini betul-betul bisa diandalkan dan dapat menjalankan tugas sebaik-baiknya.

Pada forum yang sama, KH. Miftahul Akhyar menyampaikan khutbah iftitah dengan menukil sebuah hadits. Beliau menjelaskan, bahwa tidak akan terwujud cita-cita Islam yang besar. Islam tidak akan dikenal dan bisa menjadi tatanan kehidupan, kecuali di dalamnya ada para pemeluknya, para jamaah. Jamaah tidak akan bisa tampil tertib dalam satu langkah, satu tujuan dan satu idealisme, tanpa ada Imaroh.

Baca Juga  LP Ma'arif NU dan Lazisnu Taman Santuni Anak Yatim

“Dalam konteks Jamiyah NU, Imarah diibaratkan seperti PBNU, PWNU, PCNU, MWC NU dan Ranting NU. Imarah tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa adanya ketaatan,” terang pemimpin tertinggi Nahdlatul Ulama’ tersebut.

“Ini adalah merupakan kekhasan Islam itu sendiri, dan Nahdlatul Ulama adalah merupakan miniatur Islam.”

Pewarta: M. Misbah

Editor: Emzed Ef

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *