Oleh: Erlandus Luqman Mahenan
Bergelut di bidang Branding sejak tahun 2005 membuat saya berpikir bagaimana mengaplikasikan ilmu ini agar selaras dengan keyakinan saya sebagai muslim. Ini tak lepas dari petuah guru ngaji saya: “Kalau nanti kamu bekerja, carilah pekerjaan yg membuatmu makin dekat kepada Allah.”
Alhamdulillah sejak tahun 2014 Allah menakdirkan saya bisa membantu teman-teman di bidang Islamic Philantrophy.
Tak semudah yang dibayangan, kebanyakan pegiat islamic philanthropy yang saya temui belum sadar brand dan fungsinya bagilembaga mereka. Masih banyak yang menganggap brand cuma sebagai logo bahkan stiker mobil saja. Padahal di luar sana lembaga philanthropy non muslim sangat sadar brand & giat mendisrupt benak donatur dengan brand mereka.
Saya tak ingin berpanjang lebar tentang perlunya sadar brand bagi lembaga islamic philanthropy, karena itu adalah pekerjaan kita bersama sebagai praktisi branding untuk memberikan pencerahan.
Pada kesempatan ini saya ingin berbagi sedikit tahapan yang sebaiknya jalankan oleh lembaga islamic philanthropy dalam membangun brand yang kuat. Langkah-langkah ini disarikan dari sirah nabawi, yang diasimilasikan dengan khazanah branding modern setelah mempelajari islamic philanthropy sejak 2014.
1. Buiilding Trust
Inilah langkah awal sebuah lembaga dakwah dan islamic philanthropy bisa bergerak. Bangun trust, buktikan kalau amanah sebagaimana Rasulullah digelari Alamin bahkan sebelum jadi Rasul.
2. Golden Circle of Excellent
Kelilingilah pergaulan lembaga, secara kolektif maupun individu dengan mereka yang sevisi. Sesama pejuang dakwah yang akan saling menguatkan. Bangun program-program berdasarkan excellency yg telah dimiliki. Seperti Rasulullah mengelilingi dirinya dengan para sahabat yang menguatkan dakwah beliau.
3. Spread the Good News
Sama dengan ketika Rasul diutus untuk menyampaikan kabar gembira, begitu pula lembaga islamic philanthropy, sampaikanlah kabar gembira apa yang bisa dihadirkan dengan keberadaannya. Gaungkan solusi yg bisa diselesaikan. Lakukan secara konsisten.
4. Networking & Co-Advocacy
Jangan pernah berpikir bisa bekerja sendiri. Dakwah selalu butuh teman, bukankah Musa butuh Harun? Bukankah Rasulullah juga butuh dibantu oleh para sahabat dalam berdakwah?
Nah, jika msh butuh penjelasan, artinya kita perlu ngopi bareng.
Editor: Arifin