Syuriah Plumbungan Mengajak Dukung PP. Al Khoziny Lewat Medsos, Menjawab Komentar Miring Terkait Pesantren

Lailatul

SUKODONO, NU Delta | Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Plumbungan Kecamatan Sukodono menggelar kegiatan rutin Lailatul Ijtima’ setiap malam Senin Legi. Pertemuan kali ini, yang digelar Senin (6/10/2025) di Musholla Al Karim RT5 RW2 Desa Plumbungan, diawali dengan pembacaan sholawat nabi, dilanjutkan rangkaian Sholat Taubat, Sholat Tasbih, Sholat Hajat, serta Do’a Bersama Istighosah.

Acara yang dimulai ba’da Maghrib tersebut berlangsung khidmat, diikuti segenap pengurus NU, Badan Otonom, dan para jamaah warga Plumbungan.

Sebagai sesi akhir, Rois Syuriah PRNU Plumbungan, Ustadz H. Anshori Arif atau Abah Anshori, menyampaikan kajian Ahlussunnah wal Jama’ah yang secara khusus menyoroti musibah runtuhnya Musholla di Pondok Pesantren Al Khoziny sepekan sebelumnya.

Menanggapi Hujatan dengan Argumen Keilmuan

Abah Anshori, yang juga Alumni Pondok Ndresmo Surabaya, menyatakan duka mendalam atas musibah yang menimpa santri, wali santri, dan pengasuh Pondok Al Khoziny. Namun, ia juga menyoroti adanya reaksi negatif di media sosial.

“Yang bikin kita panas, banyak komentar miring yang menghujat pengasuh, memojokkan peran pesantren, yang notabene milik NU,” tuturnya.

Ia menekankan pentingnya respons yang santun dan berdasar keilmuan. “Maka kita wajib menjawab hujatan dengan santun, disertai argumen yang punya dasar keilmuan. Sehingga pemirsa/pembaca di media sosial punya pembanding, tidak langsung menelan komentar miring yang sengaja dihembuskan, guna memperjelek kiprah pesantren,” ungkapnya.

Musibah sebagai Takdir dan Ujian Kesabaran

Dalam kajiannya, Abah Anshori menjelaskan bahwa meskipun ada faktor kesalahan manusia, musibah ini secara umum adalah takdir dari Allah SWT. Ia merujuk pada QS. Al Baqarah Ayat 155 – 156 sebagai landasan spiritual dalam menghadapi cobaan.

“Allah akan menguji kaum muslimin dengan berbagai ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan (bahan makanan). Dengan ujian ini, kaum Muslimin menjadi kuat mentalnya, kukuh keyakinannya, tabah jiwanya, dan tahan menghadapi ujian serta cobaan. Mereka akan mendapat predikat sabar, dan merekalah orang-orang yang mendapat kabar gembira dari Allah.” ulasnya kepada NU Delta.

Baca Juga  NU Care-LAZISNU Cabang Gelar Santunan di Hari Anak Yatim

Ia melanjutkan, ciri orang yang sabar adalah mereka yang ketika ditimpa musibah akan berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami Kembali).” Pernyataan ini menunjukkan kepasrahan total kepada Allah.

Di akhir acara, jamaah melantunkan do’a untuk para syuhada santri Al Khoziny, mendoakan agar mendapat tempat terbaik di sisi Allah. Doa juga ditujukan untuk keluarga wali santri agar diberi ketabahan dan kesabaran. Serta untuk para masyayikh, pengasuh, dan pengajar Pondok Pesantren Al Khoziny agar diberi kekuatan, ketabahan dalam ujian saat ini, dan semoga tetap istiqomah didalam lingkungan pesantren.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *