Oleh: Artika Rusydiana Devi
Lulusan Program Imtiyaz PP. Al-Hidayah Tanggulangin, Sekaligus Mahasiswi Prodi PGSD Unusida Sidoarjo
Akhlak, adab, karakter, atau tata krama menjadi salah satu hal yang sangat krusial dalam kehidupan sehari-hari, dilhat dari berbagai kesempatan, akhlak menjadi yang utama, termasuk juga dalam lingkup pondok pesantren, yang dikalangan masyarakat umum dinilai sebagai tempat mencetak pribadi yang ahli dalam ilmu agama dan berakhlak mulia. Penilaian tersebut menggiring opini bahwa “santri iku mesti apik akhlak’e” sehingga tolok ukur masyarakat terhadap reputasi suatu pondok pesantren bergantung pada lulusannya. Jika alumni suatu pondok pesantren tersebut dipandang khalayak umum sebagai tokoh yang berpengaruh dan dapat dicontoh tingkah lakunya, maka reputasi pondok pesantren yang dulu menjadi tempat ia mencari ilmu juga dipertimbangkan. Begitu pula sebaliknya.
Diksi “santri iku mesti apik akhlak’e” sangat relevan digunakan pada zaman dahulu. Karena pada masa itu, santri tidak terpengaruh dengan budaya barat yang membawa dampak negatif dalam perilaku. Hal itu terjadi disebabkan mengakarnya sikap tawadhu’ dalam hati dan jiwa setiap individu santri zaman dulu, juga disebabkan karena faktor penyebaran budaya barat tidak seluas dan mudah diakses seperti sekarang ini. Mereka dapat memilah dan memilih budaya barat yang masuk dan bercampur dengan budaya asli Indonesia, antara budaya dan pengetahuan yang memberikan maslahat bagi umat.