SIDOARJO, NU Delta | UNUSIDA dan UNU Yagyakarta Gelar Seminar Internasional, Komitmen Wujudkan Kampus Inklusif. Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta bersama Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (UNUSIDA) menggelar International Seminar, Selasa (17/6/2025).
Kegiatan itu bertema ‘Developing Inclusive Policies and Practices for Greater Accessibility in Higher Education’. Kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid, sekitar 70 peserta hadir secara langsung dan 500 lebih peserta berpartisipasi secara virtual melalui Zoom Meeting dan live kanal YouTube UNUSIDA TV.
Rektor Unusida, H Fatkul Anam sangat menyambut kegiatan seminar yang mengangkat isu penting tentang aksesibilitas pendidikan tinggi bagi mahasiswa disabilitas. “Kami merasa terhormat menjadi tuan rumah dan menjadi kebahagiaan untuk menyambut para tamu dalam seminar ini,” ujarnya.
UNUSIDA dan UNU Yagyakarta Gelar Seminar Internasional, Komitmen Wujudkan Kampus Inklusif
Ia mengatakan, kegiatan ini menjadi wadah strategis untuk membahas kebijakan dan praktik inklusif yang mampu membuka akses pendidikan tinggi yang lebih luas, khususnya bagi kelompok rentan. Menurutnya, pendidikan harus dapat dinikmati oleh semua kalangan, seperti halnya juga bagi penyandang disabilitas. Pendidikan inklusif saat ini tidak hanya sebuah pilihan, akan tetapi menjadi sebuah keharusan. Perguruan tinggi tidak hanya membuka akses, juga perlu mentransformasikan sistem, sikap, dan lingkungan akademik untuk mendukung akses yang setara.
“Unusida setiap tahun telah menyediakan 5 kuota beasiswa disabilitas. Hal ini menjadi wujud untuk memberikan manfaat bagi sesama,” ungkapnya.
Hadir sebagai salah satu panelis dalam forum bergengsi ini, Wakil Rektor II UNUSIDA, Ana Cristanti, menyampaikan pandangannya mengenai pentingnya kolaborasi institusi untuk membangun sistem pendidikan tinggi yang adaptif terhadap keberagaman mahasiswa.
UNUSIDA dan UNU Yagyakarta Gelar Seminar Internasional, Komitmen Wujudkan Kampus Inklusif
“Pendidikan tinggi harus mampu menjangkau semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas, kelompok marginal, dan mahasiswa dari latar belakang ekonomi yang beragam. Kami di UNUSIDA terus berupaya menyesuaikan kebijakan kampus agar lebih ramah dan inklusif. Oleh karena itu, ke depan gedung-gedung UNUSIDA akan menjadi bangunan yang ramah bagi siapa pun,” tegasnya.
Adapun, roadmap pengembangan kampus inklusif yang disusun dalam empat tahap selama 5–6 tahun ke depan, yaitu:
Tahun 1: Kampanye kesadaran inklusif, kepemimpinan inklusif, akses kurikulum, dan pembentukan asosiasi mahasiswa disabilitas.
>Tahun 2: Penyusunan kebijakan dan sistem pelaporan, penilaian inklusi, dan pengembangan One-Stop Vulnerability Center (OVC).
>Tahun 3: Penguatan jejaring antar kampus dan pengembangan kepemimpinan inklusif.
>Tahun 4: Evaluasi, pembiayaan program, dan strategi keberlanjutan.
Lebih lanjut, ia menuturkan kegiatan ini menjadi langkah penting dalam memperkuat komitmen Nahdlatul Ulama. Komitmen untuk memperluas akses pendidikan tinggi yang adil, merata, dan berkeadilan sosial di tingkat nasional dan global. Melalui seminar ini, ia berharap Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) mampu menjadi inspirasi. Serta langkah awal membangun sistem pendidikan tinggi yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga adil dan terbuka bagi semua kalangan.