Workshop Literasi Santri Tanwirul Afkar Belajar Menemukan Imajinasi dan Merangkai Kata

Penulis : Elvandari Solina Astandi, S.Pd

SMP Islam Tanwirul Afkar kembali menegaskan komitmennya dalam menumbuhkan budaya literasi di kalangan santri. Sabtu pagi, 10 Mei 2025, sebanyak 30 santri dari kelas 7 dan 8 mengikuti Workshop Menulis Pentigraf dan Puisi yang digelar di aula pesantren. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian kurasi karya untuk proyek antologi siswa volume 2.

Setelah sukses menerbitkan buku kumpulan cerpen Dari Jendela Santri yang berisi 25 karya pilihan, tahun ini Program Literasi Tanwirul Afkar mengangkat bentuk karya yang lebih ringkas namun tetap kaya makna: pentigraf dan puisi. Pemilihan dua genre ini bukan tanpa alasan—keduanya dianggap relevan dengan kebutuhan generasi muda yang hidup di tengah era digital yang serba cepat namun tetap haus akan ekspresi dan makna.

Narasumber dalam kegiatan workshop ini diisi langsung oleh ketua program literasi. Dalam pemaparannya yang bertajuk “Menemukan Imajinasi, Merangkai Kata, Menggugah Pembaca”, beliau mengajak para santri untuk merenungi esensi dari menulis sebagai bagian dari ibadah intelektual dan bentuk jihad bil-qalam.

Dalam sesi pertama, pemateri menjelaskan secara mendalam mengenai pentigraf—cerita pendek yang terdiri dari tiga paragraf namun tetap memuat unsur konflik, tokoh, dan penyelesaian. Pentigraf dapat melatih santri untuk berpikir ringkas namun tajam, sangat cocok untuk era digital karena mudah dibaca dan dibagikan, serta bisa menjadi batu loncatan untuk menulis cerpen atau novel. “Dengan menulis pentigraf, kita diajak untuk menemukan satu ide, satu konflik, dan satu kejutan dalam ruang yang sempit. Tapi justru dari keterbatasan itulah kreativitas akan  tumbuh,” tambahnya.

Pada sesi kedua workshop membahas tentang puisi. Narasumber menyampaikan bahwa puisi merupakan bentuk sastra yang menyentuh sisi rasa dan spiritualitas manusia. Ia menjelaskan unsur-unsur utama puisi, mulai dari diksi, imaji, hingga majas. Para santri juga diajak mengenal berbagai macam citraan yang dapat memperkaya puisi. Puisi adalah salah satu bentuk komunikasi spiritual yang kuat dalam tradisi Islam dan pesantren.

Baca Juga  Peran Guru dalam Penguatan Nilai-Nilai Islam di Era Digital di Bulan Ramadhan dalam  Perspektif  IPS

Kegiatan ditutup dengan praktik menulis karya dan sesi tanya jawab yang hangat. Para santri tampak antusias menuangkan gagasan ke dalam bentuk tulisan. Tak sedikit dari mereka yang berhasil merangkai pentigraf maupun puisi dalam waktu singkat. Zulfikar Arzaqi, salah satu peserta dari kelas 8, mengungkapkan rasa senangnya bisa mengikuti kegiatan ini. “Saya merasa senang karena mendapat wawasan berharga terkait bagaimana menulis cerita yang menarik. Ternyata, menulis tidak hanya soal panjang-pendeknya, tapi soal ide, gaya Bahasa, dan Teknik-teknik khusus yang bisa membuat pembaca terkesan,” tuturnya penuh antusias.

Sebelum menutup kegiatan, narasumber menyampaikan ketentuan pengumpulan karya untuk keperluan kurasi. Ia juga memberikan motivasi kepada seluruh peserta dengan pesan: “Terima kasih telah belajar bersama! Siap berkarya dan berbagi cerita? Sampai jumpa dalam karya. Saatnya kamu jadi penulis muda yang bersinar!”

Writer: Elvandari Solina AstandiEditor: Boy Ardiansyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *